Denpasar (Antara Bali) - Siswa-siswi dari SMAN Bali Mandara mewakili Kabupaten Buleleng dalam pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-39 dengan membawakan sejumlah karya seni inovatif.

"Dalam pawai PKB tahun ini, Kabupaten Buleleng untuk kedua kalinya memang memberi kepercayaan kepada SMAN Bali Mandara," kata Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Buleleng Wayan Sujana di sela-sela pawai PKB tersebut, di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, dipilihnya kembali SMA Bali Mandara, tidak terlepas dari kerja sama yang baik antara pihak Disbud dan SMAN Bali Mandara, sehingga tidak ada hambatan dalam pembinaan, baik dalam pembinaan tingkat kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Bali.

"Anak-anak SMAN Bali Mandara itu sangat disiplin, baik dalam latihan maupun pembinaan. Perlu dimaklumi bersama, bahwa kegiatan pawai merupakan salah satu kegiatan akbar di PKB dan membutuhkan dukungan personel yang cukup banyak dan penuh disiplin," ucapnya.

Oleh karena itu, pihak pembina kabupaten dan provinsi sepakat untuk menampilkan SMA Bali Mandara sebagai duta pawai Kabupaten Buleleng. Siswa-siswi SMAN Bali Mandara dalam kesempatan itu juga menampilkan marching band-nya

Untuk dapat tampil berbeda, terlihat usungan papan nama Kabupaten Buleleng dikemas dalam kereta hias dorong bersama dengan patung Singa Ambara Raja yang merupakan lambang daerah Kabupaten Buleleng. Kereta ini ditarik empat orang remaja putri dan didorong delapan orang remaja putra, berbusana tari modifikasi.

Selanjutnya disusul barisan pemuda-pemudi berbusana "Deeng" khas Buleleng. Barisan "Deeng" biasanya dimanfaatkan pada saat pelaksanaan upacara Ngaben.

Kabupaten Buleleng juga menempatkan daya tarik wisata Pantai Lovina sebagai inti garapan karya inovatif dalam pawai. Sebagai musik pengiring ada marching band dan mobil hias dengan motif wisata laut Buleleng beserta motif lumba-lumba yang menjadi ciri khasnya.

Pada bagian akhir dipersembahkan dua karya unggulan yang diagendakan tampil di PKB 2017 yakni Janger Klasik dari Desa Penyali sebagai hasil kesenian rekonstruksi dan Tari Joged, asal Desa Lokapaksa, Buleleng Barat, yang dikenal sebagai daerah asal lahirnya Tari Joged di Buleleng.

Selain itu, dalam pawai juga diisi tradisi "Magrumbungan" yang diangkat dari kata "grembengan" atau keroncongan sapi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017