Denpasar (Antara Bali) - Kamar Dagang dan Industri Bali merekomendasikan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) kepada industri kecil menengah untuk dimanfaatkan karena biaya impor bahan baku kepada pelaku usaha yang berorientasi perdagangan luar negeri digratiskan pemerintah.
"Kami siap memberikan rekomendasi seluasnya kepada industri kecil menengah (IKM) untuk menggunakan fasilitas KITE. Ini program luar biasa dan ini suatu hal produktif untuk memajukan ekspor," kata Ketua Kadin Bali Anak Agung Alit Wiraputra ditemui ketika pelepasan ekspor IKM di Desa Mas, Kabupaten Gianyar, Jumat.
Dengan adanya fasilitas yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Januari 2017 sebagai bentuk paket kebijakan ekonomi yang diberikan untuk memudahkan pelaku usaha kecil dan menengah.
Menurut Alit, saat ini jumlah pelaku usaha yang terdaftar menjadi anggota Kadin Bali lebih dari 300 orang sehingga fasilitas itu sangat potensial untuk dimanfaatkan.
Apalagi hingga saat ini baru ada sepuluh pelaku IKM yang baru memanfaatkan KITE tersebut.
Selama ini, lanjut Alit, biaya impor bahan baku termasuk pajaknya merupakan beban bagi pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor kecil dan menengah.
"Biasanya biaya impor mencapai 20 hingga 30 persen, itu beban impor karena bahan baku masih sedikit," katanya.
Adanya fasilitas KITE itu, lanjut Alit, diharapkan mendongkrak realisasi ekspor Bali ke mancanegara apalagi realisasi ekspor barang dari Pulau Dewata selama tahun 2016-2017 melonjak delapan hingga 12 persen.
Pertumbuhan pelaku usaha kecil dan menengah yang berorientasi ke pasar internasional juga diharapkan semakin meningkat untuk memproduksi produk yang bersaing di pasar mancanegara.
"Dengan beban impor berkurang ini akan mendongkrak IKM dan bisa bersaing di dunia internasional," ucap Alit.
Direktur CV Banyan Internasional Ni Nyoman Sunantik mengatakan bahwa dengan fasilitas itu pihaknya mampu menghemat sekitar Rp400 juta per tahun dari realisasi impor bahan baku senilai Rp1 miliar selama tahun 2016.
IKM yang memproduksi kerajinan dan aksesoris itu telah mampu menjual produknya ke sejumlah pasar internasional seperti menuju Australia, Inggris dan Amerika Serikat. (WDY/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami siap memberikan rekomendasi seluasnya kepada industri kecil menengah (IKM) untuk menggunakan fasilitas KITE. Ini program luar biasa dan ini suatu hal produktif untuk memajukan ekspor," kata Ketua Kadin Bali Anak Agung Alit Wiraputra ditemui ketika pelepasan ekspor IKM di Desa Mas, Kabupaten Gianyar, Jumat.
Dengan adanya fasilitas yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Januari 2017 sebagai bentuk paket kebijakan ekonomi yang diberikan untuk memudahkan pelaku usaha kecil dan menengah.
Menurut Alit, saat ini jumlah pelaku usaha yang terdaftar menjadi anggota Kadin Bali lebih dari 300 orang sehingga fasilitas itu sangat potensial untuk dimanfaatkan.
Apalagi hingga saat ini baru ada sepuluh pelaku IKM yang baru memanfaatkan KITE tersebut.
Selama ini, lanjut Alit, biaya impor bahan baku termasuk pajaknya merupakan beban bagi pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor kecil dan menengah.
"Biasanya biaya impor mencapai 20 hingga 30 persen, itu beban impor karena bahan baku masih sedikit," katanya.
Adanya fasilitas KITE itu, lanjut Alit, diharapkan mendongkrak realisasi ekspor Bali ke mancanegara apalagi realisasi ekspor barang dari Pulau Dewata selama tahun 2016-2017 melonjak delapan hingga 12 persen.
Pertumbuhan pelaku usaha kecil dan menengah yang berorientasi ke pasar internasional juga diharapkan semakin meningkat untuk memproduksi produk yang bersaing di pasar mancanegara.
"Dengan beban impor berkurang ini akan mendongkrak IKM dan bisa bersaing di dunia internasional," ucap Alit.
Direktur CV Banyan Internasional Ni Nyoman Sunantik mengatakan bahwa dengan fasilitas itu pihaknya mampu menghemat sekitar Rp400 juta per tahun dari realisasi impor bahan baku senilai Rp1 miliar selama tahun 2016.
IKM yang memproduksi kerajinan dan aksesoris itu telah mampu menjual produknya ke sejumlah pasar internasional seperti menuju Australia, Inggris dan Amerika Serikat. (WDY/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017