Denpasar (Antara Bali) - Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar membangun semangat nasionalisme kebangsaan ke dalam setiap individu lewat seni budaya.
"Itu wujud dari keragaman yang menjadi kekayaan dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang patut dijaga bersama-sama," kata Rektor IHDN Denpasar, Prof Dr Drs I Nengah Duija, di Taman Budaya, Kota Denpasar, Senin.
Kegiatan tersebut sebagai rangkaian memperingati Hari Lahir Pancasila Tahun 2017 yang merupakan imbauan dari Kementerian Agama RI untuk mengingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
"Nusantara yang yang terdiri dari perbedaan suku, ras, adat dan budaya itu sudah sepatutnya merawat `Bhinneka Tunggal Ika` sebagai konsensus yang terbaik dari hasil pemikiran pendiri bangsa," katanya.
Selain itu, filosofi tersebut yang diambil dari karya maha agung Mpu Tantular yang berjudul Sutasoma, dimana gagasan itu telah mengalami perdebatan yang panjang oleh kaum intlektual pada zamannya.
"Perbedaan itu bukan saling memisahkan, tetapi saling melengkapi sehingga semesta ini indah dan harmonis seperti beragam bunga di taman," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Drs I Ketut Widnya PhD menambahkan, kegiatan itu efektif dalam memperkuat rasa toleransi dan kebhinnekaan di Tanah Air melalui sektor budaya sebagai salah satu alat mempersatukan bangsa.
"Kesenian dapat mempersatukan perbedaan yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan karya yang menarik yang memberikan pesan-pesan yang mudah diterima oleh masyarakat," kata Ketut Widnya.
Dengan demikian, diharapkan tumbuh kesadaran berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat yang maju dalam perlaku maupun pemikiran sehingga terwujudnya generasi emas Indonesia 2045.
Selain itu, motto kebangsaan telah sesuai dengan ajaran umat Hindu khususnya mengenai. "Dharma Agama dan "Dharma Negara", yakni dimana pengabdian kepada agama dan negara sama pentingnya.
Untuk itu, kampus memiliki peranan yang strategis menjadi pelopor dalam menerapkan hal tersebut melalui penerapan pada kurikulum pembelajarannya, sekaligus dapat menuntaskan permasalahan bangsa mengenai mengharagai budaya yang berbeda. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Itu wujud dari keragaman yang menjadi kekayaan dan identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang patut dijaga bersama-sama," kata Rektor IHDN Denpasar, Prof Dr Drs I Nengah Duija, di Taman Budaya, Kota Denpasar, Senin.
Kegiatan tersebut sebagai rangkaian memperingati Hari Lahir Pancasila Tahun 2017 yang merupakan imbauan dari Kementerian Agama RI untuk mengingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
"Nusantara yang yang terdiri dari perbedaan suku, ras, adat dan budaya itu sudah sepatutnya merawat `Bhinneka Tunggal Ika` sebagai konsensus yang terbaik dari hasil pemikiran pendiri bangsa," katanya.
Selain itu, filosofi tersebut yang diambil dari karya maha agung Mpu Tantular yang berjudul Sutasoma, dimana gagasan itu telah mengalami perdebatan yang panjang oleh kaum intlektual pada zamannya.
"Perbedaan itu bukan saling memisahkan, tetapi saling melengkapi sehingga semesta ini indah dan harmonis seperti beragam bunga di taman," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof Drs I Ketut Widnya PhD menambahkan, kegiatan itu efektif dalam memperkuat rasa toleransi dan kebhinnekaan di Tanah Air melalui sektor budaya sebagai salah satu alat mempersatukan bangsa.
"Kesenian dapat mempersatukan perbedaan yang dikemas sedemikian rupa sehingga menghasilkan karya yang menarik yang memberikan pesan-pesan yang mudah diterima oleh masyarakat," kata Ketut Widnya.
Dengan demikian, diharapkan tumbuh kesadaran berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat yang maju dalam perlaku maupun pemikiran sehingga terwujudnya generasi emas Indonesia 2045.
Selain itu, motto kebangsaan telah sesuai dengan ajaran umat Hindu khususnya mengenai. "Dharma Agama dan "Dharma Negara", yakni dimana pengabdian kepada agama dan negara sama pentingnya.
Untuk itu, kampus memiliki peranan yang strategis menjadi pelopor dalam menerapkan hal tersebut melalui penerapan pada kurikulum pembelajarannya, sekaligus dapat menuntaskan permasalahan bangsa mengenai mengharagai budaya yang berbeda. (WDY)
Video oleh I Wayan Artaya
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017