Denpasar (Antara Bali) - Akademisi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Prof Dr Ida Bagus Raka Suardana mengatakan Bali perlu pertumbuhan ekonomi inklusif yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga menimbulkan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat.
"Manfaatnya seperti terbukanya lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran, kesejahteraan, memperbaiki ekonomi, mengurangi risiko gejolak sosial dan sosial politik stabil," katanya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bali di Denpasar, Rabu.
Guru Besar Ilmu Manajemen Undiknas Denpasar itu menambahkan dengan begitu, masyarakat tidak hanya diberikan informasi terkait angka pertumbuhan ekonomi namun pertumbuhan ekonomi yang benar-benar dirasakan dampaknya.
Raka Suardana menambahkan perlu mendorong pemerataan pembangunan di Bali secara menyeluruh agar tidak terfokus di Bali Selatan.
Menurut dia, selain ketimpangan pembangunan, Bali juga menghadapi kendala lain di antaranya alih fungsi lahan yang tinggi, potensi UMKM yang belum tergarap optimal hingga tingkat suku bunga bank yang dinilai masih cukup tinggi.
Untuk menumbuhkan UMKM, ia mengharapkan upaya peningkatan jiwa wirausaha dengan melibatkan semua pihak termasuk mendorong tumbuh ekonomi kreatif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Hal senada juga diungkapkan akademisi dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Prof Dr Made Kembar Sribudi yang mengatakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkualitas, pengembangan tidak semata hanya di sektor konsumsi semata tetapi juga di sektor riil.
"Seperti konstruksi atau pembangunan proyek baru itu membutuhkan bahan baku banyak dan tenaga kerja," ucapnya dalam sambutannya.
Selain itu, perlu adanya rehabilitasi perbaikan kegiatan ekonomi, intensifikasi dan ekspansi usaha.
Ketua ISEI Denpasar 2017-2020 itu menambahkan, investasi juga menjadi salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi berkualitas termasuk dari asing.
Namun aliran modal dari investor asing juga perlu menggandeng investor lokal untuk mewujudkan ekonomi yang berkeadilan dalam memanfaatkan sumber-sumber daerah.
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Bali triwulan pertama tahun 2017 mencapai 5,75 persen atau lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang mencapai 5,47 persen.
Bank sentral itu memproyeksi prospek pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini mencapai kisaran 6,10-6,50 persen yang didorong konsumsi rumah tangga, ekspor barang dan jasa dan investasi.
Sedangkan lapangan usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali adalah akomodasi makan dan minum atau pariwisata, pertanian dan transportasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Manfaatnya seperti terbukanya lapangan pekerjaan sehingga mengurangi pengangguran, kesejahteraan, memperbaiki ekonomi, mengurangi risiko gejolak sosial dan sosial politik stabil," katanya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bali di Denpasar, Rabu.
Guru Besar Ilmu Manajemen Undiknas Denpasar itu menambahkan dengan begitu, masyarakat tidak hanya diberikan informasi terkait angka pertumbuhan ekonomi namun pertumbuhan ekonomi yang benar-benar dirasakan dampaknya.
Raka Suardana menambahkan perlu mendorong pemerataan pembangunan di Bali secara menyeluruh agar tidak terfokus di Bali Selatan.
Menurut dia, selain ketimpangan pembangunan, Bali juga menghadapi kendala lain di antaranya alih fungsi lahan yang tinggi, potensi UMKM yang belum tergarap optimal hingga tingkat suku bunga bank yang dinilai masih cukup tinggi.
Untuk menumbuhkan UMKM, ia mengharapkan upaya peningkatan jiwa wirausaha dengan melibatkan semua pihak termasuk mendorong tumbuh ekonomi kreatif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Hal senada juga diungkapkan akademisi dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Prof Dr Made Kembar Sribudi yang mengatakan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkualitas, pengembangan tidak semata hanya di sektor konsumsi semata tetapi juga di sektor riil.
"Seperti konstruksi atau pembangunan proyek baru itu membutuhkan bahan baku banyak dan tenaga kerja," ucapnya dalam sambutannya.
Selain itu, perlu adanya rehabilitasi perbaikan kegiatan ekonomi, intensifikasi dan ekspansi usaha.
Ketua ISEI Denpasar 2017-2020 itu menambahkan, investasi juga menjadi salah satu penyokong pertumbuhan ekonomi berkualitas termasuk dari asing.
Namun aliran modal dari investor asing juga perlu menggandeng investor lokal untuk mewujudkan ekonomi yang berkeadilan dalam memanfaatkan sumber-sumber daerah.
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Bali triwulan pertama tahun 2017 mencapai 5,75 persen atau lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang mencapai 5,47 persen.
Bank sentral itu memproyeksi prospek pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini mencapai kisaran 6,10-6,50 persen yang didorong konsumsi rumah tangga, ekspor barang dan jasa dan investasi.
Sedangkan lapangan usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali adalah akomodasi makan dan minum atau pariwisata, pertanian dan transportasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017