Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia mengingatkan adanya pemerataan pengembangan pariwisata di Provinsi Bali agar tidak terkonsentrasi di bagian selatan karena hal tersebut menjadi tantangan dan hambatan bagi ekonomi di Pulau Dewata.
"Pengembangan wisata di Bali masih terkonsentrasi di Bali Selatan. Hal tersebut menimbulkan masalah kemacetan dan sampah serta keterbatasan `carrying capacity` (kapasitas tampung) hotel," kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Azka Subhan ketika memberikan sambutan pada Seminar Nasional Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas di Denpasar, Rabu.
Selain pemerataan pengembangan pariwisata, bank sentral itu juga menyoroti belum adanya konsep secara holistik dan terintegrasi dalam pengembangan pariwisata di Bali.
Strategi pengembangan pariwisata antara pelaku usaha dan pemerintah, lanjut dia, belum sepenuhnya bersinergi.
Tangangan lainnya yakni penurunan kualitas wisatawan mancanegara di Bali, persaingan transaksi pemesanan dalam jaringan dan transaksi konvensional hingga alih fungsi lahan.
Azka menyebutkan penurunan kualitas wisatawan mancanegara tahun 2016 dari sisi lama tinggal mencapai 2,93 hari, turun dari tahun 2015 yang mencapai 3,08 hari.
Begitu juga dengan tingkat pengeluaran walaupun turun tipis namun perlu diantisipasi yakni 143,45 dolar AS atau turun dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 143,92 dolar AS per hari.
Sedangkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2016 mencapai 4,9 juta orang atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4 juta orang dan hingga triwulan pertama tahun 2017 mencapai sekitar 1,3 juta wisman.
Bank sentral itu memproyeksi prospek pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini mencapai kisaran 6,10-6,50 persen yang didorong konsumsi rumah tangga, ekspor barang dan jasa dan investasi.
Sedangkan lapangan usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali adalah akomodasi makan dan minum atau pariwisata, pertanian dan transportasi. (WDY)
BI Ingatkan Pemerataan Pengembangan Pariwisata di Bali
Rabu, 24 Mei 2017 13:14 WIB