Gianyar (Antara Bali) - Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar, Bali menggelar Tradisi Perang Sampian dengan menggunakan bagian sesajen berbahan baku janur untuk penyucian alam dan mengembalikan keharmonisan sekaligus mempererat persaudaraan antarwarga.

"Kegiatan ritual itu merupakan tradisi rutin yang jatuh setiap tahun sekali berdasarkan hitungan penanggalan Bali," kata Ketua Panitia Upacara di Pura Samuan Tiga Desa Bedulu, Gianyar, Bali, Wayan Patera, Sabtu.

Ia mengatakan bahwa, warga yang mengikuti tradisi tersebut adalah warga dari berbagai daerah yang secara sukerela mengabdikan diri untuk rangkaian upacara di Pura Samuan Tiga.

Sebelum upacara dimulai warga mengikuti beberapa rangkaian upacara penyucian, seperti nampiog, Tari Rejang, dan Tradisi Ombak-ombakan dengan cara saling berpegangan tangan tarik-menarik membentuk seperti ombag dengan mengelilingi areal pura tersebut.

Usai menggelar beberapa ritual penyucian peserta upacara langsung mengambil sampian atau rangkaian janur sisa sesajen untuk digunakan sebagai media "Tradisi Perang Sampian".

Sampian atau rangkaian janur sisa sesajen tersebut sebagai senjata perang sekaligus sebagai simbul senjata Dewa Wisnu yakni Cakra sebagai media untuk perang sesama warga sehingga ada yang menang dan ada yang kalah.

Namun sejatinya dalam tradisi tersbut tidak ada warga yang dendam, tetapi dilakukan dengan suka cita sambil tersenyum.

Uniknya dalam tradisi tahunan itu seusai melakukan Perang Sampian karena menimbulkan sampah semua warga ikut serta membersihkan areal pura tersebut. (WDY)

Video oleh : Wira Suryantala

Pewarta: Pewarta: Wira Suryantala

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017