Denpasar (Antara Bali) - High Carbon Stock Approach (HCSA) meluncurkan sebuah metodologi gabungan baru yang berlaku secara global untuk melindungi hutan alam dan mengindentifikasi lahan-lahan yang dapat diolah sebagai areal produksi komoditas secara bertanggung jawab.

"HCSA toolkit merupakan sebuah terobosan bagi berbagai perusahaan, masyarakat, institusi dan praktisi teknis yang memiliki komitmen bersama melindungi hutan alam sekunder mengalami regenerasi yang menyediakan cadangan karbon, habitat bagi keanekaragaman hayati dan mata pencaharian bagi masyarakat lokal," kata Grant Rosoman selaku Co-Chair dari HCSA Steering Group, pada seminar "Metodologi Global Praktik Non-Deforestasi" di Jimbaran, Bali, Rabu.

Ia mengatakan membiarkan deforestasi atau pembabatan hutan alam demi perkebunan sudah merupakan hal di masa lalu. Oleh karena melalui metodologi tersebut memberikan panduan teknis yang praktis dan terbukti kuat secara ilmiah untuk mengidentifikasi dan melindungi hutan alam tropis.

"Selama dua tahun, para pemangku kepentingan telah menyatukan berbagai upaya untuk menyepakati satu-satunya pendekatan global untuk menerapkan praktik non-deforestasi. Metodelogi yang dihasilkan telah memperluas persyaratan sosialnya, pengenalan dan penerapan terhadap data cadangan karbon," ujarnya.

Menurut dia, metodologi tersebut mencakup teknologi baru termasuk penggunaan lidar, untuk mengoptimalisasi konservasi dan hasil produksi serta dapat diadaptasi bagi petani-petani kecil.

"Koalisi yang unik ini telah bersatu dalam menanggapi meningkatnya kekhawatiran akan dampak pembabatan hutan alam tropis terhadap iklim, satwa dan hal-hak masyarakat yang menggantungkan hidup pada hutan," ucapnya.

Grant Rosoman menyambut positif atas diterapkan metodologi tersebut dalam skala yang luas untuk mendukung hak-hak dan mata pencaharian masyarakat lokal, menjaga kadar karbon hutan dan keanekaragaman hayati, serta kegiatan pengembangan terhadap lahan-lahan olahan secara bertanggungjawab.

Dikatakan, versi pertama HCSA Toolkit sebelumnya telah dirilis pada April 2015, versi baru yang telah disempurnakan hari ini dirilis, meliputi penelitian ilmiah terbaru, evaluasi dari percobaan lapangan, serta topik-topik baru dan masukan dari berbagai kelompok kerja.

"Kesepakatan konvergensi antara HCSA menyempurnakan penambahan dan perubahan-perubahan penting dalam metodologi. HCSA toolkit versi 2.0 fokus pada uji coba metodologi agar dapat disesuaikan dengan para petani kecil," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017