Denpasar (Antara Bali) - PT Wijaya Karya (Pesero) bersama PT Pembangunan Bali Mandiri (PBM) siap membangun bandar udara baru di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng untuk menunjang pariwisata di Pulau Dewata.
"PT Wijaya Karya sangat mendukung program pemerintah berkenaan dengan percepatan pembangunan infrastruktur di tanah air termasuk rencana pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata di Pulau Bali tepatnya di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng," kata President Director PT Wijaya Karya, Bintang Perbowo saat dihubungi di Denpasar, Jumat.
Pihaknya mengaku sudah sangat berpengalaman dalam membangun bandar udara secara konsorsium dengan BUMN lainnya maupun dengan perusahaan swasta seperti yang telah rampung di Terminal 3 bandara Soekarno Hatta, Bandara Balik Papan di Kalimantan Timur, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan di tempat lainnya.
Konsorsiun WIKA - PBM tersebut akan membuka peluang atau kesempatan bagi BUMN, BUMD, PERUSDA BALI ataupun perusahaan lainnya untuk bergabung dalam konsorsium pembangunan bandara dengan biaya konstruksi sekitar Rp4,8 Triliun yang sudah sangat mendesak diperlukan sebagai sarana pendukung program 20 juta wisman pertahun masuk Indonesia.
Saat ini pihaknya sedang menunggu penetapan lokasi secara definitif dari Kementerian Perhubungan berupa titik-titik koordinat, batas-batas "runway" dan terminal diatas lahan Desa Kubutanbahan.
"Selanjutnya pihak konsorsium akan segera memperdalam studi disain (DED) yang paling efisien dengan waktu penyelesaian yang lebih cepat serta biaya yang paling murah dibanding perusahaan lainnya sehingga proyek tersebut benar-benar ekonomis dan feasible," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan semestinya realisasi pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Buleleng bisa dipercepat karena telah mengantongi persetujuan dari sejumlah pemangku kepentingan terkait.
"Saya sudah bilang ke Menhub. Prinsipnya untuk kebutuhan, Menhub sudah setuju, Menpar setuju, Gubernur sudah setuju, seharusnya ini (pembangunan Bandara Buleleng-red) bisa cepat," kata Arief Yahya.
Apalagi, ujar dia, rencana lokasi pembangunan bandara di kabupaten paling utara Pulau Bali itu sudah diketahui, termasuk investor yang tertarik untuk melakukan pembangunan juga sudah ada.
Arief juga mengaku telah sempat bertanya pada PT Angkasa Pura I dan mereka menyatakan tertarik untuk ikut mengelola bandara baru tersebut. "Terlalu kritis Bali dengan satu bandara kalau terjadi apa-apa," ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan hingga saat ini izin lokasi untuk pembangunan bandara baru Buleleng itu belum dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan.
Jajaran Pemerintah Provinsi Bali, tambah dia, sudah beberapa kali bolak-balik menemui Menteri Perhubungan supaya segera lokasi pembangunan bandara tersebut dapat ditentukan.
Selain itu, pilihan investor yang akan membangun bandara juga sudah jelas yakni antara Airport Kinesis Canada (AKC) dan PT Pembangunan Bali Mandiri. "Kalau mereka (investor-red) berani maju, berarti harus ada duitnya," ujar Pastika.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"PT Wijaya Karya sangat mendukung program pemerintah berkenaan dengan percepatan pembangunan infrastruktur di tanah air termasuk rencana pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata di Pulau Bali tepatnya di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng," kata President Director PT Wijaya Karya, Bintang Perbowo saat dihubungi di Denpasar, Jumat.
Pihaknya mengaku sudah sangat berpengalaman dalam membangun bandar udara secara konsorsium dengan BUMN lainnya maupun dengan perusahaan swasta seperti yang telah rampung di Terminal 3 bandara Soekarno Hatta, Bandara Balik Papan di Kalimantan Timur, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan di tempat lainnya.
Konsorsiun WIKA - PBM tersebut akan membuka peluang atau kesempatan bagi BUMN, BUMD, PERUSDA BALI ataupun perusahaan lainnya untuk bergabung dalam konsorsium pembangunan bandara dengan biaya konstruksi sekitar Rp4,8 Triliun yang sudah sangat mendesak diperlukan sebagai sarana pendukung program 20 juta wisman pertahun masuk Indonesia.
Saat ini pihaknya sedang menunggu penetapan lokasi secara definitif dari Kementerian Perhubungan berupa titik-titik koordinat, batas-batas "runway" dan terminal diatas lahan Desa Kubutanbahan.
"Selanjutnya pihak konsorsium akan segera memperdalam studi disain (DED) yang paling efisien dengan waktu penyelesaian yang lebih cepat serta biaya yang paling murah dibanding perusahaan lainnya sehingga proyek tersebut benar-benar ekonomis dan feasible," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan semestinya realisasi pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Buleleng bisa dipercepat karena telah mengantongi persetujuan dari sejumlah pemangku kepentingan terkait.
"Saya sudah bilang ke Menhub. Prinsipnya untuk kebutuhan, Menhub sudah setuju, Menpar setuju, Gubernur sudah setuju, seharusnya ini (pembangunan Bandara Buleleng-red) bisa cepat," kata Arief Yahya.
Apalagi, ujar dia, rencana lokasi pembangunan bandara di kabupaten paling utara Pulau Bali itu sudah diketahui, termasuk investor yang tertarik untuk melakukan pembangunan juga sudah ada.
Arief juga mengaku telah sempat bertanya pada PT Angkasa Pura I dan mereka menyatakan tertarik untuk ikut mengelola bandara baru tersebut. "Terlalu kritis Bali dengan satu bandara kalau terjadi apa-apa," ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan hingga saat ini izin lokasi untuk pembangunan bandara baru Buleleng itu belum dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan.
Jajaran Pemerintah Provinsi Bali, tambah dia, sudah beberapa kali bolak-balik menemui Menteri Perhubungan supaya segera lokasi pembangunan bandara tersebut dapat ditentukan.
Selain itu, pilihan investor yang akan membangun bandara juga sudah jelas yakni antara Airport Kinesis Canada (AKC) dan PT Pembangunan Bali Mandiri. "Kalau mereka (investor-red) berani maju, berarti harus ada duitnya," ujar Pastika.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017