Denpasar (Antara Bali) - Pembangunan Bandara Internasional baru di Kabupaten Buleleng, Bali yang memerlukan lahan sekitar 1.400 hektare masih menunggu surat penentuan lokasi dari Kementerian Perhubungan.
"Untuk membangun bandara baru tersebut, kini menunggu surat rekomendasi penentuan lokasi dari Kementerian Perhubungan. Saat ini, tim analisa sudah berada di Buleleng untuk melakukan pemantapan lokasi," kata Presiden Direktur PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti, I Made Mangku, di Denpasar, Rabu.
Ia menjelaskan terkait dengan surat perizinan lainnya sudah dimiliki. Namun yang terpenting adalah surat penentuan lokasi dari Kementerian Perhubungan itu.
"Jika tidak ada halangan yang lainnya, maka bandara di Bali bagian utara untuk peletakan batu pertama (ground breaking) akan dilakukan pada 28 Agustus 2017," ujarnya.
Made Mangku menjelaskan untuk proyek pembangunan bandara internasional tersebut memerlukan dana mencapai Rp50 triliun. Dari jumlah dana yang dianggarkan itu paling banyak diserap untuk pembangunan dua landasan (runway) dan areal parkir pesawat terbang mencapai Rp12 triliun lebih.
"Sedangkan mengenai lahan bandara yang berada di daerah Kubutambahan itu, di antaranya sebanyak 260 hektare untuk `aero city`. Namun demikian tetap kami menunggu penentuan lokasi (penlok) tersebut," ucap Made Mangku yang juga pengiat lingkungan hidup ini.
Ia mengatakan bandara yang dibangun di Kabupaten Buleleng itu akan berada di tengah laut dengan pembangunan menggunakan tiang pancang dan perluasan daratan.
"Pembangunan bandara internasional tersebut juga nantinya dilengkapi `aero city` dan marina. selain itu juga dilengkapi sarana kereta bagi penumpang yang masuk bandara tersebut," ujarnya.
Sementara kini, kata Made Mangku, persoalan nelayan dan bahan bakar juga berhembus seiring makin mantapnya rencana tersebut.
"Konsep bandara baru sangat memperhatikan aktivitas nelayan yang masih aktif melaut, seperti tempat melaut, tempat bahan bakar, anjungan perahu nelayan dan lain-lain," ucapnya.
Rencananya, kata dia, akan ada lima kegiatan pembangunan untuk mewujudkan bandara kedua di wilayah Bali ini, mulai dari pembangunan dua landasan pacu yang panjangnya masing-masing 3,5 kilometer, "aero city" dan kelengkapan bangunan bandara tersebut.
"Seluruh rekomendasi untuk kelanjutan pembangunan proyek bandar udara tersebut sudah keluar, baik dari kabupaten maupun provinsi," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Untuk membangun bandara baru tersebut, kini menunggu surat rekomendasi penentuan lokasi dari Kementerian Perhubungan. Saat ini, tim analisa sudah berada di Buleleng untuk melakukan pemantapan lokasi," kata Presiden Direktur PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti, I Made Mangku, di Denpasar, Rabu.
Ia menjelaskan terkait dengan surat perizinan lainnya sudah dimiliki. Namun yang terpenting adalah surat penentuan lokasi dari Kementerian Perhubungan itu.
"Jika tidak ada halangan yang lainnya, maka bandara di Bali bagian utara untuk peletakan batu pertama (ground breaking) akan dilakukan pada 28 Agustus 2017," ujarnya.
Made Mangku menjelaskan untuk proyek pembangunan bandara internasional tersebut memerlukan dana mencapai Rp50 triliun. Dari jumlah dana yang dianggarkan itu paling banyak diserap untuk pembangunan dua landasan (runway) dan areal parkir pesawat terbang mencapai Rp12 triliun lebih.
"Sedangkan mengenai lahan bandara yang berada di daerah Kubutambahan itu, di antaranya sebanyak 260 hektare untuk `aero city`. Namun demikian tetap kami menunggu penentuan lokasi (penlok) tersebut," ucap Made Mangku yang juga pengiat lingkungan hidup ini.
Ia mengatakan bandara yang dibangun di Kabupaten Buleleng itu akan berada di tengah laut dengan pembangunan menggunakan tiang pancang dan perluasan daratan.
"Pembangunan bandara internasional tersebut juga nantinya dilengkapi `aero city` dan marina. selain itu juga dilengkapi sarana kereta bagi penumpang yang masuk bandara tersebut," ujarnya.
Sementara kini, kata Made Mangku, persoalan nelayan dan bahan bakar juga berhembus seiring makin mantapnya rencana tersebut.
"Konsep bandara baru sangat memperhatikan aktivitas nelayan yang masih aktif melaut, seperti tempat melaut, tempat bahan bakar, anjungan perahu nelayan dan lain-lain," ucapnya.
Rencananya, kata dia, akan ada lima kegiatan pembangunan untuk mewujudkan bandara kedua di wilayah Bali ini, mulai dari pembangunan dua landasan pacu yang panjangnya masing-masing 3,5 kilometer, "aero city" dan kelengkapan bangunan bandara tersebut.
"Seluruh rekomendasi untuk kelanjutan pembangunan proyek bandar udara tersebut sudah keluar, baik dari kabupaten maupun provinsi," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017