Jakarta (Antara Bali) - Sejumlah orang tua mengaku membatasi jajanan
yang dapat dibeli anak mempertimbangkan kandungan dalam makanan dan
akibatnya pada kesehatan.
Nur Khasanah (40) mengatakan ia melarang anaknya untuk membeli makanan dengan sambal karena dinilainya mengandung pewarna makanan dan terbuat dari bahan yang tidak sehat.
"Saya suka larang anak jajan makanan yang ada saus dan bumbu penguat rasanya. Sebenarnya batagornya tidak apa-apa, tapi sausnya itu," kata dia di Jakarta, Selasa.
Selain makanan, Nur juga melarang anaknya yang duduk di bangku SD untuk membeli minuman kemasan karena mengandung pewarna, pemanis buatan serta pengawet.
Ia menuturkan dua hari dalam seminggu menyiapkan bekal untuk anak sesuai aturan dari sekolah.
"Pengennya bawa bekal setiap hari, tapi kalau sendirian makan tidak ada temannya kasian juga dia, pasti pengen ikut jajan sama temannya juga," kata dia.
Sementara itu, Savira (30) mengatakan ia melarang anaknya membeli makanan yang manis-masnis seperti arum manis dan gulali untuk menghindari gigi anak berlubang.
Minuman berwarna yang biasa dijual keliling juga dilarangnya untuk dikonsumsi.
"Kemana-mana biasanya dibawain makanan dari rumah, setidaknya minum untuk meminimalisir jajan. Kalau jajan biasanya donat atau bubur mutiara," ujar dia.
Menurut dia, untuk mengurangi jajan, uang saku yang diberikan tidak banyak. Namun, ia memberikan bekal seperti susu, roti, buah, nasi dan makanan ringan.
"Setiap orang tua beda batasannya. Ada teman saya benar-benar anaknya tidak boleh menyentuh MSG sama sekali," kata Savira. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Nur Khasanah (40) mengatakan ia melarang anaknya untuk membeli makanan dengan sambal karena dinilainya mengandung pewarna makanan dan terbuat dari bahan yang tidak sehat.
"Saya suka larang anak jajan makanan yang ada saus dan bumbu penguat rasanya. Sebenarnya batagornya tidak apa-apa, tapi sausnya itu," kata dia di Jakarta, Selasa.
Selain makanan, Nur juga melarang anaknya yang duduk di bangku SD untuk membeli minuman kemasan karena mengandung pewarna, pemanis buatan serta pengawet.
Ia menuturkan dua hari dalam seminggu menyiapkan bekal untuk anak sesuai aturan dari sekolah.
"Pengennya bawa bekal setiap hari, tapi kalau sendirian makan tidak ada temannya kasian juga dia, pasti pengen ikut jajan sama temannya juga," kata dia.
Sementara itu, Savira (30) mengatakan ia melarang anaknya membeli makanan yang manis-masnis seperti arum manis dan gulali untuk menghindari gigi anak berlubang.
Minuman berwarna yang biasa dijual keliling juga dilarangnya untuk dikonsumsi.
"Kemana-mana biasanya dibawain makanan dari rumah, setidaknya minum untuk meminimalisir jajan. Kalau jajan biasanya donat atau bubur mutiara," ujar dia.
Menurut dia, untuk mengurangi jajan, uang saku yang diberikan tidak banyak. Namun, ia memberikan bekal seperti susu, roti, buah, nasi dan makanan ringan.
"Setiap orang tua beda batasannya. Ada teman saya benar-benar anaknya tidak boleh menyentuh MSG sama sekali," kata Savira. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017