Mangupura (Antara Bali) - Wakil Bupati Badung, Bali, I Ketut Suiasa, menyerahkan bantuan dana Rp1 miliar untuk mendukung pelaksanaan ritual "Memungkah, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Agung, Ngusaba Desa dan Ngusada Nini" di Pura Puseh, Desa Adat Pererenan, Jumat.
"Pemberian bantuan ini untuk mendukung kegiatan ritual tersebut dan meringankan beban masyarakat, sehingga terbangun sinergitas dengan pemerintah," kata Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa di Mangupura.
Ia mengatakan, Pemkab Badung senantiasa mendorong masyarakat dalam melaksanakan kewajiban keagamaan sebagai salah satu upaya mewujudkan ritual yang didasari persembahan tulus ikhlas (yadnya) itu sendiri, karena itu sebagai tugas utama dan pertama sebagai umat Hindu.
Melalui yadnya, siapapun akan memberikan totalitas diri kehadapan Tuhan, kemudian akan kembali memohon untuk diberikan berkah, keselamatan dan kekuatan lahir bathin.
"Terkait dengan karya yang dilaksanakan oleh masyarakat Badung, Pemkab Badung berupaya untuk mendukung dan berada di tengah-tengah masyarakat," ujarnya.
Dalam penyerahan itu, Wabup Suiasa didampingi anggota DPRD Badung I Nyoman Satria, Camat Mengwi I.G.N Gede Jaya Saputra, Muspika Kecamatan Mengwi, Majelis Madya Kabupate Badung I.G.N Wiadnyana, Perbekel Pererenan Ketut Sasmita, Bendesa adat Pererenan Ketut Sukrasena dan tokoh masyarakat.
Ketua panitia Gde Yadnya mengatakan, kegiatan ritual ini dilaksanakan karena telah rampungnya pembangunan di Pura Desa dan Puseh di daerah ini. Pembangunan dimulai Tahun 2012 hingga Tahun 2014.
Biaya fisik bangunan mencapai Rp2,7 miliar dan biaya kegiatan ritual diperkirakan menghabiskan Rp1,7 miliar, yang sumber dananya diperoleh dari SHU LPD sebesar Rp300 juta selama tiga tahun (2012-2014), swadaya masrakat, Bantuan BKK Provinsi Rp150 juta dan Pemkab Badung Rp200 juta.
"Pemugaran bangunan ini yakni pelinggih ratu desa puseh trihita sedana, pelinggih ratu betara sri balang tamak pesimpangan besakih, demekel desa puseh, bale agung, tembok penyengker, kori agung, piasan, bale peselang, bale gong, bale kulkul," ujarnya.
Dalam kegiatan ritual ini menggunakan sarana ritual menggunakan peregembal, bebangkit, caru tawur agung, hewan untuk persembahan ritual yakni kebo hitam, kambing, luwak, angsa, bebek dan ayam. (SRW)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Pemberian bantuan ini untuk mendukung kegiatan ritual tersebut dan meringankan beban masyarakat, sehingga terbangun sinergitas dengan pemerintah," kata Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa di Mangupura.
Ia mengatakan, Pemkab Badung senantiasa mendorong masyarakat dalam melaksanakan kewajiban keagamaan sebagai salah satu upaya mewujudkan ritual yang didasari persembahan tulus ikhlas (yadnya) itu sendiri, karena itu sebagai tugas utama dan pertama sebagai umat Hindu.
Melalui yadnya, siapapun akan memberikan totalitas diri kehadapan Tuhan, kemudian akan kembali memohon untuk diberikan berkah, keselamatan dan kekuatan lahir bathin.
"Terkait dengan karya yang dilaksanakan oleh masyarakat Badung, Pemkab Badung berupaya untuk mendukung dan berada di tengah-tengah masyarakat," ujarnya.
Dalam penyerahan itu, Wabup Suiasa didampingi anggota DPRD Badung I Nyoman Satria, Camat Mengwi I.G.N Gede Jaya Saputra, Muspika Kecamatan Mengwi, Majelis Madya Kabupate Badung I.G.N Wiadnyana, Perbekel Pererenan Ketut Sasmita, Bendesa adat Pererenan Ketut Sukrasena dan tokoh masyarakat.
Ketua panitia Gde Yadnya mengatakan, kegiatan ritual ini dilaksanakan karena telah rampungnya pembangunan di Pura Desa dan Puseh di daerah ini. Pembangunan dimulai Tahun 2012 hingga Tahun 2014.
Biaya fisik bangunan mencapai Rp2,7 miliar dan biaya kegiatan ritual diperkirakan menghabiskan Rp1,7 miliar, yang sumber dananya diperoleh dari SHU LPD sebesar Rp300 juta selama tiga tahun (2012-2014), swadaya masrakat, Bantuan BKK Provinsi Rp150 juta dan Pemkab Badung Rp200 juta.
"Pemugaran bangunan ini yakni pelinggih ratu desa puseh trihita sedana, pelinggih ratu betara sri balang tamak pesimpangan besakih, demekel desa puseh, bale agung, tembok penyengker, kori agung, piasan, bale peselang, bale gong, bale kulkul," ujarnya.
Dalam kegiatan ritual ini menggunakan sarana ritual menggunakan peregembal, bebangkit, caru tawur agung, hewan untuk persembahan ritual yakni kebo hitam, kambing, luwak, angsa, bebek dan ayam. (SRW)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017