Singaraja (Antara Bali) - Pawai ogoh-ogoh atau boneka raksasa berwujud menyeramkan di Kabupaten Buleleng, Bali, meramaikan "Malam Pangerupukan" atau sehari menjelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1939.

"Kami mencatat ribuan ogoh-ogoh akan diarak keliling desa. Masing-masing desa adat mengatur pawai dan arak-arakan mengelilingi desa," kata Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Buleleng, Dewa Budarsa, di Singaraja, Senin.

Ia mengatakan, pawai ogoh-ogoh di Kabupaten Buleleng memang difokuskan di masing masing desa adat yang menggelar malam pengerupukan sebagai wujud membasmi roh-roh jahat dari dunia.

"Makna arak-arakan ogoh-ogoh adalah sebagai simbol sifat raksasa dalam diri manusia yang harus dibasmi dan dihilangkan. Sifat tersebut hendaknya diganti dengan sifat ke-dewata-an atau kebaikan," katanya.

Senin (27/3) Malam atau Malam Selasa, di semua wilayah Buleleng menggelar malam pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi. Masing-masing desa akan menggelar upacara pecaruan yang juga dilaksanakan di rumah masing-masing kepala keluarga.

Terkait ogoh-ogoh yang memang kebanyakan dibuat oleh generasi muda itu adalah bentuk yang dituangkan dalam seni kreatif, namun sarat dengan simbol-simbol yang mengancam dunia.

"Pembuatan ogoh-ogoh sudah sejak puluhan hari lalu karena memang memerlukan waktu dan bahan yang cukup rumit untuk menghasilkan karya seni yang bermakna," jelasnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017