Tabanan, Bali (Antara Bali) - Wisatawan mancanegara menyaksikan 13 ogoh-ogoh (boneka raksasa berwujud menyeramkan) hasil kreativitas pemuda di Desa Beraban, Tabanan, Bali, yang meramaikan malam "Pengerupukan" di objek wisata Tanah Lot, Senin malam.

"Ogoh-ogoh yang diparadekan secara massal atau festival ogoh-ogoh itu memiliki tujuan menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif `Bhuta Kala` atau makluk yang tidak kelihatan," kata Jero Bendesa Adat Beraban di Tabanan, I Made Sumawa.

Festival ogoh-ogoh yang berlangsung di Lapangan Umum Desa Beraban ini, kata Made Sumawa, menjadi daya tarik wisatawan mancanegara, sehingga kegiatan ini harus dilestarikan secara berkelanjutan.

Belasan ogoh-ogoh tersebut, lanjut Made Sumawa, berasal dari Banjar Kebon dengan ogoh-ogoh yang dinamai Bade Mas, Banjar Pasti (ogoh-ogoh bernama Kama Kaparangan), Banjar Nyanyi (Kala Pralaya), Banjar Ulundesa (Aji Tantra Leak Siwa Klaka), dan Banjar Gegelang (Candra Bhairawa).

Selanjutnya, Banjar Batanbuah Kaja (Pudak Sitegal), Banjar Batanbuah (Kala Kali Kalut), Banjar Beraban (Durga Mahesasura), Banjar Sinjuana (Detya Kewaca), Banjar Dukuh (Ni Madu Segara), Banjar Batugaing Kaja (Siwa Gama Purwa Sesana), Banjar Batugaing (Pilahing Watu), dan Banjar Enjung Pura (Sanga Kala Atag).

Pawai Ogoh-ogoh berwujud raksasa tersebut diiringi musik gamelan Bleganjur Bali, yang turut menjadi perhatian masyarakat dan wisatawan mancanegara yang datang ke daerah itu yang melintasi 15 banjar adat yang tidak jauh dari kawasan objek wisata itu.

"Saya mengharapkan para pemuda dari masing-masing banjar agar tertib saat melakukan parade ogoh-ogoh agar dapat berlangsung secara lancar," katanya.

Pihaknya juga meminta, kepada seluruh masyarakat di daerah itu agar ikut menjaga keamanan dan ketertiban "Catur Brata Penyepian" sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat berlangsung dengan tertib.

Ia menjelaskan Catur Brata Penyepian yang dimaksud yakni tidak menghidupkan api (ameti geni), tidak bekerja (ameti karya), tidak boleh berfoya-foya (ameti lelanguan) dan tidak boleh keluar rumah atau melakukan aktivitas di luar rumah (ameti lelungan).

Festival Ogoh-ogoh itu turut dihadiri Anggota DPRD Kabupaten Tabanan Made Edi Wirawan SE, Manajer DTW Tanah Lot Ketut Toya Adnyana, Ketua LPM Braban Dewa Dirga, Kepala Desa (Prebekel) Desa Adat Beraban I Wayan Sukariana, Badan Perwakilan Desa, puluhan wisatawan, dan masyarakat desa se-kecamatan Kediri, Tabanan itu.

Sementara itu, Ketua Pecalang (Petugas Pengamanan Desa Adat) Desa Pakraman Beraban, Wayan Sukir, mengatakan puluhan ogoh-ogoh ini akan menunjukkan atraksinya dahulu di Lapangan Umum Desa Beraban, kemudian dipawaikan (diarak) diseputaran desa yang tidak jauh dari objek wisata Tanah Lot.

"Kegiatan pawai ogoh-ogoh tersebut berjalan secara tertib dan aman sehingga menjadi daya tarik masyarakat Kabupaten Tabanan beserta wisatawan asing yang datang ke Tanah Lot," ujarnya.

Dalam pawai ogoh-ogoh yang dimulai Pukul 18.00 Wita, yang mulai dibawa dari banjar masing-masing menuju Lapangan Umum Desa Beraban, Tabanan itu tidak mengakibatkan kemacetan di sepanjang Jalan Utama Desa setempat.

Sejumlah ruas jalan sudah dijaga puluhan pecalang, Babinsa dan Babinkamtibnas yang mengawal jalannya pawai ogoh-ogoh itu.

Wayan Sukir mengatakan, pawai ogoh-ogoh ini dilaksanakan dengan khidmat, tertib dan aman sesuai nilai kesucian keagamaan dan kegiatan itu dipimpin oleh Bendesa Adat, dan masyarakat.(SRW)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017