Denpasar (Antara Bali) - Umat Hindu Dharma pada 1.480 desa adat di Bali serempak menggelar ritual Tawur Kesanga Senin, sehari menjelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1939.

Acara itu dilaksanakan berjenjang, mulai dari tingkat Provinsi, Kabupaten/kota, kecamatan, desa, dusun hingga tingkatan rumah tangga yang berakhir pada sore hari.

"Kegiatan untuk tingkat Provinsi Bali dipusatkan di Penataran Agung Pura Besakih, kemudian dilanjutkan pada tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa adat dan berakhir pada tingkatan rumah tangga," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana, Senin.

Ia mengatakan, kegiatan ritual yang dilakukan secara serentak di seluruh desa adat (pekraman) di Pulau Dewata itu bertujuan untuk menyucikan alam semesta beserta isinya dan meningkatkan hubungan dan keharmonisan antara sesama manusia, manusia dengan lingkungannya serta manusia dengan Tuhan (Tri Hita Karana).

Sesuai pedoman yang dikeluarkan majelis tertinggi umat Hindu kepada seluruh desa pekraman (adat), tawur kesanga yang diakhiri dengan mengadakan persembahyangan bersama itu dilakukan sesuai dengan tingkatan masing-masing.

Untuk Tawur Kesanga yang dipusatkan di Pura Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali timur masing-masing kecamatan mengirim utusan untuk mencari air suci (tirta) guna selanjutnya dibagikan kepada seluruh umat di wilayahnya.

Untuk tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan serupa dengan kelengkapannya mengambil lokasi di Kawasan Catus Pata (perempatan Agung) pada tengah hari sekitar pukul 12.00 Wita.

Sementara tingkat kecamatan menggunakan upakara "Caru Panca Sanak", dilanjutkan di tingkat desa dengan menggunakan upakara "Caru Panca Sata", serta di tingkat banjar menggunakan upakara "Caru Eka Sata".

Kegiatan tersebut berakhir pada tingkatan rumah tangga pada sore hari dengan menggunakan banten pejati, "Sakasidan", dan segehan agung cacahan 11/33 tanding.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ritual "Pengrupukan" yang diwarnai dengan arak-arakan ogoh-ogoh (boneka ukuran besar) oleh anak-anak muda.

Arakan ogoh-ogoh dilakukan hampir di setiap desa pekraman di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Polda Bali mencatat sebanyak 7.079 ogoh-ogoh di seluruh Bali akan diarak pada malam pengerupukan sehingga memerlukan pengamanan dari petugas kepolisian dan pecalang serta instansi terkait lainnya.

Ogoh-ogoh yang akan diarak itu paling banyak terdapat di Kabupaten Buleleng yakni 1.380 buah, menyusul Kabupaten Gianyar 1.355 buah, Kota Denpasar 1.121 buah, Tabanan 894 buah, Jembrana 645 buah, Badung 532 buah, Klungkung 400 buah, Karangasem 380 buah, dan bangli 372 buah.

Keesokan harinya, Selasa (28/3) umat Hindu melaksanakan ibadah tapa brata penyepian yakni empat pantangan yang meliputi amati karya (tidak bekerja atau melakukan kegiatan), amati geni (tidak menyalakan lampu atau api), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura.

"Pelaksanaan catur brata Penyepian itu diawasi secara ketat oleh petugas keamanan desa adat (pecalang) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus banjar setempat," ujar Ngurah Sudiana. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017