Mangupura (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, mengajak generasi muda di daerah itu untuk menjaga warisan budaya menulis aksara Bali di atas daun lontar melalui kegiatan pelatihan yang berlangsung di SMPN 4 Mengwi, Rabu.
"Pelatihan penyuratan lontar ini memiliki tujuan untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai seni budaya Pulau Bali," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan I Made Rustan di Mengwi, Badung, Rabu.
Ia mengatakan, kegiatan menulis di atas lontar ini perlu dilestarikan dengan mengajarkan generasi muda di Badung, karena dahulu kegiatan ini merupakan budaya menulis pada zaman dahulu di Bali.
"Hal ini sejalan dengan lima bidang prioritas Program Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) yakni bidang seni, adat, agama dan kebudayaan yang merupakan taksu Bali yang harus dijaga dan dipelihara," katanya.
Salah satu wujud nyata dalam upaya ini, dengan melaksanakan pelatihan penyuratan lontar untuk kalangan generasi muda.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan I Wayan Arsini mengatakan, generasi muda merupakan generasi penerus yang mempunyai peran penting sebagai pelanjut estapet budaya dan juga potensi utama dalam melestarikan adat budaya.
"Pelatihan Penyuratan Lontar ini menyasar generasi muda sebanyak 180 siswa SMP yang dibagi menjadi tiga gelombang yakni gelombang pertama sebanyak 60 siswa dari SMPN 4 Mengwi, gelombang kedua sebanyak 60 siswa dari SMPN 1 Petang dan gelombang ketiga sebanyak 60 siswa dari SMPN 1 Kuta Utara," ujarnya.
Wayan Arsini yang juga sebagai Kabid Dokumentasi Kebudayaan, mengatakan untuk narasumber kegiatan Pelatihan Penyuratan Lontar adalah Ketut Sudarsana.
Sementara itu, Ketut Sudarsana selaku narasumber pelatihan menulis lontar menyampaikan kegiatan penulisan di atas lontar (daun yang sudah berisi tulisan) biasanya menceritakan berbagai masalah, cerita-cerita, tembang yang berisi ajaran tentang budi pekerti, hakekat kehidupan.
"Penulisan dengan daun lontar di Indonesia yang masih aktif hanya ada di Bali. Untuk itu penulisan lontar ini perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat menambah khasanah budaya," ujarnya.
Pihaknya mengharapkan, Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas terkait agar rutin menggelar pelatihan penyuratan lontar ini sehingga ke depan dapat meningkatkan serta menggugah generasi muda untuk belajar menulis lontar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Pelatihan penyuratan lontar ini memiliki tujuan untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai seni budaya Pulau Bali," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan I Made Rustan di Mengwi, Badung, Rabu.
Ia mengatakan, kegiatan menulis di atas lontar ini perlu dilestarikan dengan mengajarkan generasi muda di Badung, karena dahulu kegiatan ini merupakan budaya menulis pada zaman dahulu di Bali.
"Hal ini sejalan dengan lima bidang prioritas Program Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PPNSB) yakni bidang seni, adat, agama dan kebudayaan yang merupakan taksu Bali yang harus dijaga dan dipelihara," katanya.
Salah satu wujud nyata dalam upaya ini, dengan melaksanakan pelatihan penyuratan lontar untuk kalangan generasi muda.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelatihan I Wayan Arsini mengatakan, generasi muda merupakan generasi penerus yang mempunyai peran penting sebagai pelanjut estapet budaya dan juga potensi utama dalam melestarikan adat budaya.
"Pelatihan Penyuratan Lontar ini menyasar generasi muda sebanyak 180 siswa SMP yang dibagi menjadi tiga gelombang yakni gelombang pertama sebanyak 60 siswa dari SMPN 4 Mengwi, gelombang kedua sebanyak 60 siswa dari SMPN 1 Petang dan gelombang ketiga sebanyak 60 siswa dari SMPN 1 Kuta Utara," ujarnya.
Wayan Arsini yang juga sebagai Kabid Dokumentasi Kebudayaan, mengatakan untuk narasumber kegiatan Pelatihan Penyuratan Lontar adalah Ketut Sudarsana.
Sementara itu, Ketut Sudarsana selaku narasumber pelatihan menulis lontar menyampaikan kegiatan penulisan di atas lontar (daun yang sudah berisi tulisan) biasanya menceritakan berbagai masalah, cerita-cerita, tembang yang berisi ajaran tentang budi pekerti, hakekat kehidupan.
"Penulisan dengan daun lontar di Indonesia yang masih aktif hanya ada di Bali. Untuk itu penulisan lontar ini perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat menambah khasanah budaya," ujarnya.
Pihaknya mengharapkan, Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas terkait agar rutin menggelar pelatihan penyuratan lontar ini sehingga ke depan dapat meningkatkan serta menggugah generasi muda untuk belajar menulis lontar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017