Amlapura (Antara Bali) - Sebanyak 228 satwa berupa sapi muda dan babi, ditikam keris untuk dijadikan kurban atau persembahan darah kepada Bethara Siwa dalam rangkaian upacara Usaba Dalem di Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali.

"Upacara Usaba Dalem dilakukan setahun sekali, tepatnya pada saat Tilem Kedasa, yakni bulan kesepuluh kalender Bali. Untuk tahun ini,  berlangsung sejak 2  hingga 5 April 2010. Saat itulah, penduduk yang ingin membayar janji atau 'sesangi', membawa hewan kurban untuk dipersembahkan," kata I Nyoman Nasta, tokoh masyarakat Nyuh Tebel, ditemui di arena upacara, Selasa malam.

Ia menyebutkan, satwa yang dapat dipakai membayar 'sesangi' bisa berupa sapi atau babi," ujar Nyoman Nasta, salah seorang warga Nyuh Tebel.

Rituah persembahan berlangsung di Pura Dalem, sehingga penduduk Nyuh Tebel dari pagi hingga tengah malam berduyun-duyun mendatangi bangunan suci tersebut. Dalam upacara yang 'dipuput' atau dipimpin  Jro Mangku Kedel itu, satwa persembahan dibawa masuk ke dalam hamanan utara pura, kemudian diupacarai.

Usai diupacarai dengan menggunakan perangkat 'banten' atau sesajen yang lengkap dengan rangkaian janur dan aneka bunga, sapi atau babi dibawa satu per satu ke hadapan sang pemangku, kemudian ditikam menggunakan keris yang telah disucikan.

Setelah bagian lehernya terluka akibat tusukan keris, beberapa petugas 'jagal' lainnya menusukkan bambu runcing yang telah disediakan hingga binatang kurban tewas bermandi darah.

Ketika itu, sapi atau babi tidak jarang yang berontak, sehingga harus dipegangi warga secara beramai-ramai. Di sela darah yang bermuncratan atau menyembur dari celah luka dapat bagian tubuh sapi dan babi, suasana tampak sangat ramai dan massa makin bersemangat kalau melihat satwa yang tiba-tiba beringas.

Selanjutnya, satwa-satwa tersebut digotong warga keluar dari halaman utara pura menuju pelataram luar yang disebut jaba sisi. Di jaba sisi, setip hewan kurban kemudian dikuliti guna diambil dagingnya untuk penganan dan masakan lainnnya.

"Tahun ini, babi dan sapi yang dipotong sebanyak 228 ekor, karena kebetulan banyak keluarga yang ingin membayar 'sesangi'. Jadi mulai tanggal 2 hingga 5 April ini, setiap hari ada babi dan sapi yang dipakai kurban. Ya, per harinya 56 ekor untuk dijadikan korban persembahan," ujar Nasta yang juga pemerhati masalah babad atau sastra Bali yang terkait ritual.

Makna atau filosofi dari ritual tersebut, kata pria berusia 46 tahun itu, adalah bahwa sapi dan babi yang dijadikan kurban persembahan sesungguhnya merupakan perwujudan pembayaran utang 'niskala' yang dilakukan leluhur melalui penerusnya kepada Bhatara Ratu Dalem. Sama sekali tidak bermaksud mengajarkan kekerasan, apalagi membunuh satwa secara semena-mena.

"Pernah ada seseorang yang sudah waktunya membayar 'sesangi', tapi malah tidak melakukannya, akhirnya orang itu mati mendadak. Saya sendiri pernah mengalami berbagai masalah dan guncangan hidup sebelum membayar 'sesangi'," ujarnya.

Setelah menjadi penganan, daging sapi dan babi tersebut disantap bersama-sama oleh warga sekitar dan puluhan tamu lain yang sengaja diundang pada upacara tersebut.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011