Denpasar (Antara Bali) - Otoritas Jasa Keuangan mencatat aset perbankan di Provinsi Bali tahun 2016 mencapai Rp113, triliun atau naik 8,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp104,3 triliun karena dipengaruhi tingkat literasi dan inklusi masyarakat setempat yang meningkat.

"Masyatakat Bali paham kalau ingin menempatkan uangnya ada di lembaga formal begitu juga kalau ingin meminjam uang. Tingkat kesadaran masyarakat ke perbankan tergolong tinggi," kata Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Zulmi di Denpasar, Kamis.

Selain aset yang melonjak, jumlah kredit perbankan di Bali juga cukup besar yakni hampir Rp78 miliar atau naik 9,5 persen jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai Rp71 triliun.

Jumlah dana yang dihimpun meningkat sebesar Rp5,37 triliun tahun 2016 dari Rp82,5 triliun tahun 2015 menjadi Rp87,8 triliun.

Sedangkan untuk rasio jumlah kredit dan dana yang dihimpun atau "loan to deposit ratio" (LDR) yang naik dari 86,2 persen menjadi 88,7 persen.

Pertumbuhan kredit yang pesat itu diiringi kualitas pembiayaan yang terjaga dengan proporsi kredit bermasalah atau NPL seluruh usaha perbankan sebesar 2,42 persen pada akhir tahun 2016 yang terdiri dari NPL bank umum (2,09 persen) dan BPR (4,91 persen).

Angka NPL itu lebih rendah dibandingkan total nasional yang mencapai 2,97 persen, yakni bank umum 2,91 persen dan BPR mencapai 6,09 persen.

"Ini menunjukkan bahwa industri perbankan di Bali sudah melaksanakan fungsinya dengan baik dan hati-hati," katanya.

Dengan peningkatan aset, realisasi kredit dan rasio kredit dan dana yang dihimpun, Zulmi mengatakan industri perbankan di Bali menunjukkan kinerja yang positif. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017