Denpasar (Antara Bali) - Inflasi tingkat pedesaan di Bali mencapai 1 persen selama bulan Januari 2017, sehingga hal itu tercatat lebih besar dari inflasi tingkat nasional pada bulan yang sama sebesar 0,79 persen.

"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, seluruhnya mengalami inflasi, satupun tidak ada yang mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Kalimantan Barat sebesar 1,45 persen dan terendah di Sumatera Barat sebesar 0,27 persen.

Inflasi daerah pedesaan di Bali dipicu oleh naiknya rata-rata harga hampir semua kelompok komoditas yakni bahan makanan 1,76 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,04 persen, perumahan 0,41 persen dan kesehatan 0,40 persen.

Selain itu juga komoditas sandang naik 0,31 persen, transportasi dan komunikasi 0,22 persen serta pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,15 persen.

Secara umum, komoditas penyumbang inflasi pada bulan Januari 2017 itu antara lain cabai rawit, daging ayam ras, bawang putrih, rokok kretek filter, rokok putih filter dan gado-gado.

Adi Nugroho menjelaskan, indeks harga konsumen pedesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.

Indeks harga konsumen (IHK) pedesaan terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.

"Perubahan IHK pedesaan mencerminkan angka inflasi di wilayah pedesaan dan secara nasional juga terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,79 persen," ujar Adi Nugroho. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017