Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menargetkan studi kelayakan (FS) mengenai layanan kanker terpadu yang akan menjadi layanan unggulan di RSUD Bali Mandara dapat dirampungkan 2017.
"Kami targetkan FS (feasibility study) dan DED (detail engineering design) selesai tahun ini, sehingga proses pembangunan gedungnya bisa dimulai 2018," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Jumat.
Gedung untuk pelayanan kanker tersebut rencananya dibangun masih dalam satu areal halaman RSUD Bali Mandara di daerah Sanur, Kota Denpasar, dengan estimasi biaya untuk pembangunan fisik dan peralatan sekitar Rp200 miliar.
"Mei 2017 ini RSUD Bali Mandara akan dilakukan uji coba pembukaan untuk beberapa poliklinik spesialis dasar, sejumlah ruang rawat inap dan pelayanan UGD, sedangkan 14 Agustus 2017 bertepatan dengan Hari Jadi Provinsi Bali baru dibuka untuk semua layanan," ujar Suarjaya di sela-sela meninjau RSUD Bali Mandara bersama para awak media serta jajaran Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali itu.
Dia menambahkan, khusus untuk layanan kanker terpadu yang nantinya akan menjadi unggulan di RSUD berstandar internasional itu, sengaja dibuka belakangan karena memerlukan sejumlah persiapan yang tidak mudah dari sisi bangunan gedung yang khusus, alat kesehatan, hingga kesiapan SDM.
Menurut dia, pemprov setempat memilih untuk membuka layanan kanker terpadu karena melihat tren prevalensi peningkatan kasus kanker di Bali yang terus meningkat.
"Bahkan antrean di RS selama ini sangat panjang. Satu orang yang harus diradioterapi terkadang menunggu lebih dari setahun, bahkan hingga dua tahun," kata Suarjaya.
Terkait dengan rencana membuka pusat layanan kanker terpadu itu, pihaknya juga telah mengadakan studi banding ke sejumlah RS di Tanah Air, seperti ke RS Dharmais dan RS Hasan Sadikin.
Di sisi lain, terkait dengan RSUD Bali Mandara yang sengaja dibuat berstandar internasional, Suarjaya menegaskan bukan berarti RS tersebut sepenuhnya untuk wisatawan asing. Di sana juga tetap melayani pasien umum dan rujukan pasien Jaminan Kesehatan Nasional.
"Berstandar internasional itu dimaksudkan bahwa RS milik Pemprov Bali ini memberikan kualitas pelayanan yang terbaik dari sisi sistemnya, alat kesehatan, dan SDM, termasuk melibatkan kerja sama dengan sejumlah RS ternama di luar negeri," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra mengatakan RSUD Bali Mandara akan menjadi kebanggaan masyarakat Bali.
Dewa Mahendra menambahkan, meskipun pembangunan fisik telah rampung pada akhir 2016, saat ini masih dalam proses pengisian alat kesehatan, evaluasi serta penyempurnaan.
Dalam kesempatan itu juga turut hadir Plt Direktur RSUD Bali Mandara dr Bagus Darmayasa dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bali Nyoman Astawa Riadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami targetkan FS (feasibility study) dan DED (detail engineering design) selesai tahun ini, sehingga proses pembangunan gedungnya bisa dimulai 2018," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Jumat.
Gedung untuk pelayanan kanker tersebut rencananya dibangun masih dalam satu areal halaman RSUD Bali Mandara di daerah Sanur, Kota Denpasar, dengan estimasi biaya untuk pembangunan fisik dan peralatan sekitar Rp200 miliar.
"Mei 2017 ini RSUD Bali Mandara akan dilakukan uji coba pembukaan untuk beberapa poliklinik spesialis dasar, sejumlah ruang rawat inap dan pelayanan UGD, sedangkan 14 Agustus 2017 bertepatan dengan Hari Jadi Provinsi Bali baru dibuka untuk semua layanan," ujar Suarjaya di sela-sela meninjau RSUD Bali Mandara bersama para awak media serta jajaran Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali itu.
Dia menambahkan, khusus untuk layanan kanker terpadu yang nantinya akan menjadi unggulan di RSUD berstandar internasional itu, sengaja dibuka belakangan karena memerlukan sejumlah persiapan yang tidak mudah dari sisi bangunan gedung yang khusus, alat kesehatan, hingga kesiapan SDM.
Menurut dia, pemprov setempat memilih untuk membuka layanan kanker terpadu karena melihat tren prevalensi peningkatan kasus kanker di Bali yang terus meningkat.
"Bahkan antrean di RS selama ini sangat panjang. Satu orang yang harus diradioterapi terkadang menunggu lebih dari setahun, bahkan hingga dua tahun," kata Suarjaya.
Terkait dengan rencana membuka pusat layanan kanker terpadu itu, pihaknya juga telah mengadakan studi banding ke sejumlah RS di Tanah Air, seperti ke RS Dharmais dan RS Hasan Sadikin.
Di sisi lain, terkait dengan RSUD Bali Mandara yang sengaja dibuat berstandar internasional, Suarjaya menegaskan bukan berarti RS tersebut sepenuhnya untuk wisatawan asing. Di sana juga tetap melayani pasien umum dan rujukan pasien Jaminan Kesehatan Nasional.
"Berstandar internasional itu dimaksudkan bahwa RS milik Pemprov Bali ini memberikan kualitas pelayanan yang terbaik dari sisi sistemnya, alat kesehatan, dan SDM, termasuk melibatkan kerja sama dengan sejumlah RS ternama di luar negeri," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra mengatakan RSUD Bali Mandara akan menjadi kebanggaan masyarakat Bali.
Dewa Mahendra menambahkan, meskipun pembangunan fisik telah rampung pada akhir 2016, saat ini masih dalam proses pengisian alat kesehatan, evaluasi serta penyempurnaan.
Dalam kesempatan itu juga turut hadir Plt Direktur RSUD Bali Mandara dr Bagus Darmayasa dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Bali Nyoman Astawa Riadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017