Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali dan Perfektur Kumamoto, Jepang, menjajaki kerja sama dalam menanggulangi penyakit rabies di Pulau Dewata agar tidak terus berlarut-larut.

"Jepang pernah menghadapi masalah dengan populasi kucing yang membludak, begitu juga dengan populasi anjing di Bali. Mengingat keberhasilan Jepang dalam menanggulangi masalah itu, kami berpendapat perlu membagi pengalaman kepada Bali," kata pimpinan rombongan dari Perfektur Kumamoto drh Tokuda saat menemui Gubernur Bali di Denpasar, Kamis.

Kedatangan tim ahli rabies dari Kumamoto ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Gubernur Bali Made Mangku Pastika ke Kumamoto pada November 2016.

Tokuda yang juga pemilik Ryunosuke Animal Hospital Kumamoto, dalam kesempatan itu didampingi juga oleh drh Honda serta perawat Okawa dan perawat Shiroishi.

Menurut Tokuda, Kumamoto dan Bali memiliki kemiripan, yaitu berupa pulau dan menghadapi permasalahan dengan perkembangan populasi hewan yang kurang terkendali. Dulu Jepang bermasalah dengan populasi kucing, dan Bali bermasalah dengan banyaknya populasi anjing.

Terkait masalah rabies di Bali, pihaknya mengaku akan mempelajari terlebih dulu, namun ia menekankan diperlukan satu aturan yang tegas tentang cara penanggulangan rabies dan bisa diterima oleh semua pihak.

"Pengalaman kami di Jepang langkah yang paling efektif adalah tangkap hewan, vaksin, sterilisasi lalu lepas, semua pihak bekerja keras sehingga hingga bisa memvaksin mensteril kucing sebanyak 1.800 ekor per minggu sehingga pekerjaan ini bisa tuntas selama dua tahun. Saya yakin Bali juga bisa," ucapnya.

Apalagi, tambah Tokuda, masalah rabies di Bali tengah disoroti juga oleh dokter-dokter hewan seluruh dunia sehingga jika berhasil, Bali akan menjadi "role model" bagi penangggulangan hewan liar di berbagai negara.

Untuk memudahkan rencana ini, Tokuda menyarankan Gubernur Bali untuk merangkul semua pihak baik swasta, LSM hingga msyarakat.

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan sangat mengapresiasi perhatian Pemerintah Jepang terhadap Bali. Mengenai rencana mengendalikan populai anjing liar di Pulau Dewata, ia sangat mendukung.

Pihaknya ingin meniru keberhasilan Jepang dalam mengendalikan populasi kucing liar. Mengenai sterilisasi anjing liar, ia sangat setuju sehingga dia akan merangkul semua dokter hewan di Bali demi memuluskan rencana itu.

"Namun, kami akan tetap mempertahankan langkah eliminasi bagi anjing yang memang terindikasi suspect rabies dan bisa membahayakan nyawa orang lain," katanya.

Mantan Kapolda Bali ini berpandangan, gigitan satu anjing rabies selain berbahaya bisa memberikan berbagai dampak. Seperti contohnya gigitan ke wisatawan yang akan berdampak negatif terhadap perekonomian Bali.

Jika sudah ditemukan langkah yang paling tepat, Pastika menyatakan akan bekerja sepenuhnya terutama dalam hal penganggaran.

"Saya bisa anggarkan di APBD Pemprov Bali, bahkan karena ini masalah krusial saya akan meminta pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota untuk ikut membiayai," ucapnya.

Bahkan untuk memuluskan rencana tersebut, Pastika berjanji akan membantu mengurus administrasi agar peralatan dan obat-obatan bagi anjing liar dari Jepang bisa masuk dengan mudah ke Indonesia.

"Saya sudah menghadapi masalah ini (rabies-red) selama tujuh tahun, dan belum juga selesai hingga saat ini. Saya ingin dengan kerja sama ini masalah rabies bisa tuntas dan tidak ada lagi penduduk Bali terkena penyakit itu, apalagi hingga meninggal," ucap Pastika. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017