Singaraja (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengimbau umat Hindu dalam menjalankan setiap ritual keagamaan agar dibarengi dengan perilaku suci.
"Yadnya (persembahan-red) juga harus dibarengi dengan perilaku yang suci dengan berlandaskan Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir yang suci (manacika), berkata yang benar (wacika) dan berbuat yang jujur (kayika)," kata Sudikerta saat menghadiri rangkaian ritual Ngenteg Linggih di Pura Dalem Desa Pakraman Keduran, Singaraja, Buleleng, Senin.
Dia menambahkan, ketiga hal tersebut merupakan etika dalam Agama Hindu yang akan memberikan tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian terhadap yadnya itu sendiri.
Menurut dia, "yadnya" bukanlah sekadar upacara keagamaan semata, yadnya merupakan bentuk sujud bhakti kepada Hyang Widhi (Tuhan).
Untuk itu, yadnya yang dilaksanakan hendaknya memiliki kualitas Satwika Yadnya yaitu yang dilaksanakan dengan dasar utama bakti, lascarya (ikhlas), dan berdasarkan sastra agama.
"Apapun bentuk yadnya yang dilakukan, seperti persembahan, pengendalian diri, punia, maupun jnana (ilmu pengetahuan) jika dilandasi bakti dan tanpa pamrih maka tergolong Satwika Yadnya dan niscaya ritual tersebut akan berjalan dengan sangat khidmat," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sudikerta mengatakan jika pelaksanaan ritual harus menyesuaikan dengan kemampuan tanpa harus memaksakan untuk bisa terlihat mewah.
"Persembahan juga harus dilaksanakan dengan tulus sehingga berjalan baik dan lancar sesuai yang diharapkan," katanya.
Tidak hanya itu, Sudikerta juga berharap agar umat bisa mengerti atau memahami seperti apa ritual yang dilaksanakan.
"Karena tidak sedikit yang hanya mengikuti prosesi ritual keagamaan, akan tetapi tidak mengetahui maknanya," ujar orang nomor dua di Bali itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Yadnya (persembahan-red) juga harus dibarengi dengan perilaku yang suci dengan berlandaskan Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir yang suci (manacika), berkata yang benar (wacika) dan berbuat yang jujur (kayika)," kata Sudikerta saat menghadiri rangkaian ritual Ngenteg Linggih di Pura Dalem Desa Pakraman Keduran, Singaraja, Buleleng, Senin.
Dia menambahkan, ketiga hal tersebut merupakan etika dalam Agama Hindu yang akan memberikan tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian terhadap yadnya itu sendiri.
Menurut dia, "yadnya" bukanlah sekadar upacara keagamaan semata, yadnya merupakan bentuk sujud bhakti kepada Hyang Widhi (Tuhan).
Untuk itu, yadnya yang dilaksanakan hendaknya memiliki kualitas Satwika Yadnya yaitu yang dilaksanakan dengan dasar utama bakti, lascarya (ikhlas), dan berdasarkan sastra agama.
"Apapun bentuk yadnya yang dilakukan, seperti persembahan, pengendalian diri, punia, maupun jnana (ilmu pengetahuan) jika dilandasi bakti dan tanpa pamrih maka tergolong Satwika Yadnya dan niscaya ritual tersebut akan berjalan dengan sangat khidmat," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sudikerta mengatakan jika pelaksanaan ritual harus menyesuaikan dengan kemampuan tanpa harus memaksakan untuk bisa terlihat mewah.
"Persembahan juga harus dilaksanakan dengan tulus sehingga berjalan baik dan lancar sesuai yang diharapkan," katanya.
Tidak hanya itu, Sudikerta juga berharap agar umat bisa mengerti atau memahami seperti apa ritual yang dilaksanakan.
"Karena tidak sedikit yang hanya mengikuti prosesi ritual keagamaan, akan tetapi tidak mengetahui maknanya," ujar orang nomor dua di Bali itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017