Denpasar (Antara Bali) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Provinsi Bali memprediksi okupansi atau tingkat hunian hotel di Pulau Dewata selama libur Natal dan Tahun Baru 2017 dapat menembus angka 85 persen.
"Per hari ini okupansi 40-50 persen, tetapi nanti akan berubah setelah tanggal 23 Desember masuk ke libur Natal. Klimaksnya nanti 29 Desember sampai 3 Januari 2017, bisa tembus 85 persen sesuai pesanan yang kami lihat sekarang," kata Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, di Denpasar, Selasa.
Menurut pria yang akrab dipanggil Cok Ace ini, hotel favorit yang dijadikan tempat menghabiskan liburan akhir tahun masih berkisar di kawasan Kabupaten Badung seperti di Kuta, Legian, dan Nusa Dua.
Sedangkan kedatangan wisatawan asing yang mendominasi masih dari Tiongkok dan Australia. Sementara untuk wisatawan domestik diprediksi akan sedikit menurun karena semakin mudahnya transportasi ke beberapa tempat wisata di luar Bali seperti ke Lombok maupun ke Wakatobi.
"Juga wisatawan domestik dari Jakarta ke Bali yang lewat darat sudah terhenti di Batu Malang dan di Banyuwangi, Jawa Timur. Sehingga yang dulunya tinggal empat hari, menjadi dua hari saja di Bali," ucap mantan Bupati Gianyar itu.
Jika dibandingkan dengan okupansi tahun lalu (2015), Cok Ace memprediksi okupansi tahun ini terjadi penurunan. Tahun lalu okupansi hotel pada awal Desember 60 persen, sedangkan hingga akhir tahun mencapai 90 persen.
Pihaknya menilai ada sejumlah kendala untuk mendongkrak kunjungan wisman ke Bali seperti dari sisi kapasitas bandara yang perlu ditingkatkan, di samping harus memperbaiki destinasi wisata di luar kawasan Bali selatan.
Cok Ace menambahkan, perlu dilakukan upaya untuk menanamkan kepada wisman bahwa belum lengkap kalau libur ke Bali, misalnya tanpa mengunjungi Kintamani di Kabupaten Bangli dan Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.
Namun, wisatawan tidak bisa dipaksakan ke kawasan tersebut kalau tidak didahului dengan memperbaiki destinasi dan mempermudah akses transportasi.
"Selain itu, kita juga kehilangan 25 persen wisatawan asing yang datang ke Bali. Kalau dulu rata-rata lama tinggal di Bali empat hari, sekarang menjadi tiga hari," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Per hari ini okupansi 40-50 persen, tetapi nanti akan berubah setelah tanggal 23 Desember masuk ke libur Natal. Klimaksnya nanti 29 Desember sampai 3 Januari 2017, bisa tembus 85 persen sesuai pesanan yang kami lihat sekarang," kata Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, di Denpasar, Selasa.
Menurut pria yang akrab dipanggil Cok Ace ini, hotel favorit yang dijadikan tempat menghabiskan liburan akhir tahun masih berkisar di kawasan Kabupaten Badung seperti di Kuta, Legian, dan Nusa Dua.
Sedangkan kedatangan wisatawan asing yang mendominasi masih dari Tiongkok dan Australia. Sementara untuk wisatawan domestik diprediksi akan sedikit menurun karena semakin mudahnya transportasi ke beberapa tempat wisata di luar Bali seperti ke Lombok maupun ke Wakatobi.
"Juga wisatawan domestik dari Jakarta ke Bali yang lewat darat sudah terhenti di Batu Malang dan di Banyuwangi, Jawa Timur. Sehingga yang dulunya tinggal empat hari, menjadi dua hari saja di Bali," ucap mantan Bupati Gianyar itu.
Jika dibandingkan dengan okupansi tahun lalu (2015), Cok Ace memprediksi okupansi tahun ini terjadi penurunan. Tahun lalu okupansi hotel pada awal Desember 60 persen, sedangkan hingga akhir tahun mencapai 90 persen.
Pihaknya menilai ada sejumlah kendala untuk mendongkrak kunjungan wisman ke Bali seperti dari sisi kapasitas bandara yang perlu ditingkatkan, di samping harus memperbaiki destinasi wisata di luar kawasan Bali selatan.
Cok Ace menambahkan, perlu dilakukan upaya untuk menanamkan kepada wisman bahwa belum lengkap kalau libur ke Bali, misalnya tanpa mengunjungi Kintamani di Kabupaten Bangli dan Pura Besakih di Kabupaten Karangasem.
Namun, wisatawan tidak bisa dipaksakan ke kawasan tersebut kalau tidak didahului dengan memperbaiki destinasi dan mempermudah akses transportasi.
"Selain itu, kita juga kehilangan 25 persen wisatawan asing yang datang ke Bali. Kalau dulu rata-rata lama tinggal di Bali empat hari, sekarang menjadi tiga hari," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016