Badung (Antara Bali) - Pihak kepolisian, TNI dan petugas keamanan desa adat (Pecalang) ikut ambil bagian mengamankan pelaksanaan ritual tradisi "Mekotek" yang digelar Desa adat Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung,Bali, Sabtu.
Pengamanan itu dilakukan sehubungan kegiatan ritual yang diwarisi secara turun temurun itu dinilai cukup berbahaya, karena masing-masing menggunakan tongkat.
Tradisi "Mekotek" tersebut menjadi ajang tontotan bagi wisatawan mancanegara yang sedang berliburan di Pulau Dewata maupun warga setempat.
"Tradisi tersebut dilakukan sebagai simbol kemenangan dan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa Desa Munggu puluhan tahun silam," kata Klian Desa Adat Munggu, I Made Rai Sujana saat ditemui di sela-sela tradisi "Mekotek" di Desa Munggu, Kabupaten Badung.
Dalam kesempatan itu, sejumlah masyarakat Desa Adat Munggu menutup warung dan juga rumah-rumanya untuk ikut serta maupun menyaksikat tradisi unik tersebut dengan berjejer di sepanjang jalan desa setempat.
Bahkan, jalur lalu lintas yang menghubungkan Desa Canggu menuju Desa Kapal dialihkan ke jalur lain, karena jalan setempat digunakan sebagai ritual Mekotek.
Tradisi yang digelar setiap enam bulan sekali itu, tepatnya setiap perayaan Hari Raya Kuningan itu menjadi ajang destinasi pariwisata budaya yang terlihat dari sejumlah wisatawan sengaja berkunjung menyaksikan tradisi unik tersebut.
Tradisi itu diikuti oleh hampir seluruh masyarakat terutama kaum pria di Desa Munggu, dengan memakai tongkat panjang mengelilingi desa yang terletak di sebelah barat kabupaten terkaya di Pulau Dewata itu.
Nantinya di setiap persimpangan jalan, para pemuda berkumpul dan membentuk formasi piramida dengan sejumlah tongkat hingga dijatuhkan ke arah salah satu rekannya.
Dalam beberapa kesempatan, salah satu pemuda akan naik ke piramida tumpukan tongkat tersebut dan setelah mencapai puncak akan dijatuhkan ke arah salah satu rekannya atau ke tempat yang lapang.
Menutut Rai Sujana, pada awalnya upacara "Mekotek" diselenggarakan untuk menyambut armada perang yang melintas di Desa Munggu yang akan berangkat ke medan pertempuran dan sekaligus sebagai penyambutan pasukan saat kemenangan perang melawan Blambangan.
"Dulu upacara ini menggunakan tombak yang terbuat dari besi. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan untuk menghindari peserta yang terluka, maka sejak tahun 1948 tombak besi mulai diganti dengan tombak dari bahan kayu pulet," ujarnya.
Sementara itu, tombak yang asli dilestarikan dan disimpan di pura desa setempat.
"Mekotek" diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi. (WDY)
Polisi Ikut Amankan Pelaksanaan Ritual Mekotek
Sabtu, 27 Desember 2014 18:05 WIB