Kertagosa adalah saksi bisu kejayaan Kerajaan Klungkung yang pernah menaklukkan hampir seluruh kerajaan di Bali pada abad XVIII, yang hingga kini tetap kokoh di jantung kota Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung, 65 km timur Denpasar,
Warisan zaman kerajaan itu terdiri atas sejumlah unit bangunan antara lain Bale Kerta Gosa dan Bale Kambang. Disebut Bale Kambang karena bangunan ini dikelilingi kolam Taman Gili.
Keunikan Kertagosa dengan Bale Kambang ini adalah pada permukaan plafon atau langit-langit bale yang dihiasi dengan lukisan tradisional Bali gaya kamasan (gaya wayang),
Dua kepala negara di sela-sela mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Nusa Dua, menyempatkan diri mengunjungi objek wisata Kertagosa tersbut Selasa siang (8/10).
Kedua kepala negara itu adalah Presiden Kiribati, HE Anote Tong dan Perdana Mentri Solomon Islands HE Gordon Darcy Lilo disertai Menlu Fiji Hon Ratu Inoke Bubuabola dan Duta Besar Marshall Islands di Tokya HE Tom D Kijiner.
Tamu negara yang diantar Plt Bupati Klungkung Tjokorda Gede Agung dan Sekda setempat Ketut Janapria memulai dari melihat dari dekat Bale Gili Kertagosa, kemudian Bale Kambang. Presiden Solomon begitu memasuki bangunan "Pemedal Agung" sempat memanjatkan doa dengan mencakupkan kedua tanganya di dekat kepala.
Mereka mengamati lukisan gaya kamasan yang menghiasi kedua plafon bangunan kuno tersebut. Lukisan yang telah berumur ratusan tahun itu sangat relevan dengan cerita perbuatan manusia di dunia menuju alam nirwana, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke tempat itu.
Di tempat itu pula terpampang sebuah karya kanvas goresan Emilio Merola, seorang seniman terkenal kelahiran Italia yang menjadi koleksi Museum Semarajaya di komplek objek wisata Kertagosa.
Lukisan yang mempunyai daya tarik tersendiri itu juga telah berumur ratusan tahun, yang tetap terpelihara dengan baik bersama puluhan karya kanvas hasil sentuhan seniman Bali pada masa kejayaan Kerajaan Klungkung, membawahi seluruh kerajaan-kerjaan di Bali.
Karya seorang pelukis asing itu di negara asalnya sendiri maupun di sejumlah negara lainnya sangat langka dan sulit ditemui. Keberadaan lukisan warga negara Italia itu menunjukkan hubungan kedekatan antara Kerjaan Klungkung yang kini menjadi Kabupaten Klungkung dengan Italia.
Koleksi pelukis asal Italia itu menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan mancanegara, khususnya Italia, karena karya seorang pelukis terkenal itu mulai langka di negaranya, dan salah satunya yang terawat dengan baik hingga sekarang di Museum Semarajaya di komplek objek wisata Kerthagosa.
Perpaduan Belanda-Bali
Bangunan Museum Semarajaya yang sempat dikunjungi tamu negara itu mempunyai ciri khas perpaduan arsitektur Belanda dengan arsitektur tradisional Bali yang sangat mempesona.
Gedung museum yang dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia sekitar tahun 1942 itu hingga kini keasliannya tetap dipertahankan, meskipun sudah pernah mengalami renovasi.
Objek wisata Kertagoso dengan museum Semarajaya di komplek Kertagosa merupakan salah satu dari puluhan museum di Bali yang mengoleksi lukisan dan sejumlah peninggalan benda-benda prasejarah yang bernilai estetik.
Karya-karya seni yang berumur ratusan tahun itu mempunyai daya tarik tersendiri, seperti halnya berbagai jenis alat-alat yang terbuat dari bahan batu, alat tenun dan berbagai jenis alat dalam kehidupan sehari-hari pada masa lampau.
Selain itu tersimpan pula peninggalan senjata yang pernah digunakan dalam perang Puputan Klungkung tahun 1908. Koleksi tersebut antara lain keris, tombak dan tandu raja, disamping foto raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Bali, khususnya Klungkung.
Sebuah ruangan khusus juga tempat penyimpanan koleksi antara lain seperangkat gamelan, kain tenun, selongsong peluru, perak, kuningan serta barong, dan rangda yang dibuat ratusan tahun silam.
Kertagosa yang kini dijadikan objek wisata menarik di kawasan Bali timur, merupakan bukti sejarah dari kerajaan Klungkung. Objek wisata yang terletak dijantung Kota Semarapura dapat dijangkau dengan mudah menggunakan kendaraan bermotor, dengan waktu tempuh kurang dari satu jam dari kota Denpasar.
Di komplek objek wisata tersebut selain Museum Semarajaya juga terdapat Taman Gili dan sejumlah bangunan Kertagosa. Bangunan yang bagian langit-langitnya itu dihiasi dengan lukisan klasik gaya Kamasan.
Sebuah kolam yang tertata apik dengan ratusan jenis ikan hias berwarna-warni mengelilingi Taman Gili, sehingga mampu memberikan ketenangan dan menyamanan bagi setiap pengunjung.
Bangunan Taman Gili merupakan bagian dari satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Puri Semarapura Klungkung.
Pengadilan adat
Gedung Kertagosa yang arsitekturnya terpelihara, konon pada zaman kerajaan berfungsi sebagai balai pengadilan adat. Setiap warga masyarakat yang bermasalah, baik yang melanggar ketentuan adat, norma agama dan pertikaian penyelesaiannya di tempat tersebut.
Bangunan yang terdiri atas beberapa ruangan, salah satu ruangan yang berukuran cukup luas itu dilengkapi enam buah kursi dan sebuah meja ukuran persegi empat yang berhiaskan ukiran prada.
Masing-masing kursi yang hingga sekarang masih utuh itu dihiasi dengan seni pahat yang berbeda-beda. Dua kursi dilengkapi dengan pahatan naga, masing-masing untuk tempat duduk pendeta Brahmana dan tempat duduk sang raja.
Dua kursi lainnya dihiasi pahatan lembu untuk juru tulis dan yang memanggil pesakitan (terdakwa). Sebuah kursi yang berpahat Singa untuk tempat duduk seorang petinggi Belanda, dan satu kursi berisi hiasan kerbau bagi hakim yang memutus perkara tersebut.
Sedangkan masyarakat yang diadili karena melakukan pelanggaran duduk bersila di lantai. Gedung Kertagosa adalah tempat untuk menghukum seseorang akibat pelanggaran yang dilakukan.
Proses pengadilan terhadap seluruh warga masyarakat yang melakukan pelanggaran di bawah kekuasaan raja-raja di seluruh Bali itu dilaksanakan setiap Purnamaning Kapat atau sekitar bulan Oktober setiap tahunnya.
Selain itu gedung yang dihiasi dengan lukisan gaya kamasan itu juga dimanfaatkan oleh para raja untuk membahas berbagai hal yang berkaitan dengan keamanan, kemakmuran dan keadilan wilayah kerajaan Bali.
Menurut Candra Sengkala yang terpahat di Pemedalan Agung (pintu utama) Puri Kertaagosa, objek wisata tersebut dibangun tahun 1622 atau tahun 1700 Masehi, saat pemerintahan Klungkung dikendalikan oleh Raja I Dewa Agung Jambe.
Gedung Kertaagosa itu sekaligus berfungsi sebagai tempat penerimaan tamu-tamu penting kerajaan, seperti yang datang dari Belanda, Inggris, Portugal, dan China.
Kini Kertagosa merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Klungkung, selain peningkatan budaya, juga lukisan yang menceritakan tentang sistem peradilan pada zaman kerajaan dulu.
Wayan Resen seorang pemandu wisata yang mendampingi para tamu negara tersebut mengunjungi Kertagosa menjelaskan, kedua kepala negara itu terkesan dengan budaya Bali. Bahkan disebutkan budaya lokal Bali ada kemiripan dengan budaya di negaranya.
Kedua negara itu juga mengunggulkan budaya lokal sebagai promosi wisata. Ia sangat kagum dengan peninggalan sejarah kerajaan Klungkung yang menandakan kemajuan kerajaan Klungkung saat itu.
Plt Bupati Klungkung Tjokorda Gede Agung berharap dengan kunjungan para tamu negara tersebut nantinya mereka bisa bercerita di negaranya, sekaligus sebagai promosi objek wisata Klungkung.
Ke empat petinggi negara itu mengatakan akan datang kembali untuk mengunjungi Klungkung, ujar Gede Agung. (WRA)