Denpasar (Antara Bali) - Air jernih mengalir gemercik di Sungai Campuhan perkampungan seniman Ubud, di kiri-kanannya ditumbuhi pepohonan yang menghijau dan lestari, ditakdirkan oleh Tuhan sebagai tempat penuh kegemilangan.
Wilayahnya tidak begitu luas, karena dulunya hanyalah sebuah kerajaan kecil, dikitari sawah menghijau dan memiliki pesona desa yang indah.
Tuhan mentakdirkan sebagai tempat yang penuh kegemilangan, alamnya menyimpan kekuatan gaib serta memiliki "benang merah" terhadap perkembangan agama Hindu di Bali.
Perkampungan seniman Ubud atau kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dalam perkembangannya kini menjadi "satu titik desa dunia", tempat manusia-manusia dari berbagai ras di belahan dunia bertemu, merengguk keindahan dan tradisi, meskipun hamparan hijau yang kian menyusut, menyempit dikepung bangunan fisik.
Ubud telah dikenal masyarakat internasional merupakan sebuah anugrah dan berkah yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan kepada masyarakat setempat.
Untuk itu sejumlah anggota delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang tengah berlangsung di Nusa Dua, Kabupaten Badung menyempatkan diri mengunjungi perkampungan seniman Ubud, sekitar 20 km timur laut Kota Denpasar.
Hsia Cheng-Hsien, istri perwakilan pemimpin ekonomi Taiwan dan Hsia Cheng Lisa, istri perwakilan Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan didampingi delegasi Taiwan lainnya mengunjungi perkampungan seniman Ubud, disela-sela mengikuti KTT APEC Minggu (6/10).
Mereka juga sempat singgah ke Puri Ubud, bekas kerajaan zaman dulu yang diterima oleh tokoh puri yang juga mantan Bupati Gianyar Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Kedua istri pejabat penting di Taiwan itu tampak begitu kagum dengan suasana dan model bangunan berarsitektur tradisional Bali di kawasan lahan yang cukup luas di Puri Ubud.
Pertamanan tertata apik di antara bangunan-bangunan megah yang menonjolkan unsur arsitektur tradisional Bali. Sedikitnya enam unit rumah itu, mempunyai makna dan fungsi masing-masing serta dihiasi dengan ukiran terdiri atas "bale delod", bangunan di bagian selatan sebuah pekarangan berfungsi sebagai tempat melaksanakan upacara "Manusia Yadnya" khas umat Hindu di Bali.
Kegiatan manusia yadnya itu antara lain upacara potong gigi, perkawinan dan tempat menyimpan mayat sebelum diaben (dikremasi). Bangunan bertiang enam, ada pula menggunakan delapan tiang atau 12 tiang itu sangat serasi dengan "Bale Dangin", bangunan di bagian timur yang biasa dihuni oleh orang tua.
Sementara putra-putrinya menempati "bale dauh" bangunan di bagian barat pekarangan yang rancang sedemikian rupa, termasuk ada kamar tamu berjendela kaca ukuran besar, namun tidak lepas dari warna arsitektur Bali.
Tiga bangunan lainnya adalah dapur, lumbung tempat menyimpan padi dan tempat suci (merajan atau sanggah). Tempat suci di masing-masing keluarga itu jumlah pelinggihnya tidak sama, tergantung dari status sosial yang diwarisinya.
Bangunan-bangunan berarsitektur tradisional itu awalnya dibuat dari bahan lokal yang sangat sederhana, yaitu dominasi kayu/bambu dengan atap alang-alang, namun dalam perkembangan sanggup menerima pengaruh luar, termasuk menggunakan beton dan besi.
Arsitektur tradisional Bali yang diwarisi secara turun temurun itu diperkirakan sudah ada sejak zaman pra sejarah, kini menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Bali.
Namun, seiring pesatnya pembangunan di pulau Dewata, model arsitektur khas tersebut sedikit diabaikan. Ini berkaitan dengan keterbatasan lahan khususnya diperkotaan.
Untuk mewujudkan tempat tinggal khas dengan enam unit bangunan memerlukan lahan minimal 300 meter persegi. Jadinya, kini rumah di Bali beradaptasi dengan kecenderung mengabaikan itu, namun tetap mempertahankan arsitektur tradisionalnya berupa ukiran kayu maupun batu padas dipadu tembok warna jingga (bata merah).
Bambu rebug
Cokorda Oka Artha Ardana yang juga Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali kepada tamunya mempromosikan bambu rebung dari Gianyar yang akan diekspor ke Korea Selatan, Taiwan, dan China.
Hsia Cheng-Hsien maupun Hsia Cheng Lisa memberikan apresiasi terhadap rencana pengiriman cindera mata komoditas bambu rebung ke pasaran luar negeri.
Selain delegasi dari Taiwan juga berkunjung ke perkampungan seniman Ubud Ibu negara Chili Cecilia Morel Minggu (6/10). Istri Presiden Chili Miguel Juan Sebastian Pinera Echenique berkunjung ke Banjar Nagi Ubud dan sempat menikmati makan siang.
Dikenalnya Bali secara meluas di dunia internasional, berawal dari perkampungan seniman Ubud, karena orang-orang asing yang datang pertama ke Bali menetap di kawasan itu.
Orang-orang asing yang pertama kali datang ke Bali dan menetap di Ubud itu antara lain Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko pada tahun 1930 atau 83 tahun yang silam menulis buku berjudul "Island of Bali".
Seniman mancanegara sejak lama telah mengenal dan menetap di perkampungan seniman Ubud seperti Andrien Jean Le Mayeur, seniman asal Belgia yang akhirnya mempersunting seorang wanita Bali.
Demikian pula Walter Spies (alm) warga negara Jerman, Antonio Blanco (alm) asal Spanyol, Arie Smith, warga negara Belanda dan banyak lagi sederetan nama seniman asing yang pernah menetap di Bali, khususnya di perkampungan seniman Ubud untuk menghasilkan karya-karya seni yang bermutu.
Citra baik tentang Bali yang telah diperkenalkan itu, tetap ditindaklanjuti dengan mengirim misi kesenian dan promosi pariwisata ke berbagai negara di belahan dunia, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Bali jumlahnya terus meningkat.
Gerakan kebersihan
Manager objek wisata Monkey Forest Putu Keke yang "mengoleksi" ratusan kera sebagai daya tarik objek wisata itu sebelumnya telah melibatkan masyarakat setempat untuk melakukan gerakan kebersihan secara gotong royong.
Hal itu sebagai persiapan menyambut kedatangan para delegasi KTT APEC agar Ubud, khusus tempat objek wisata kera di Desa Padang Tegal, Kecamatan Ubud bersih dari dari sampah plastik.
Sampah plastik itu kiriman dari tempat lain melalui sungai. Namun ada juga yang dibuang oleh para pengunjung yang secara sengaja dan tidak sengaja membuang sampah sembarangan.
Padahal, pihaknya telah memasang tanda larangan membuang sembarangan serta menyiapkan bak sampah, namun tidak dihiraukan. Objek wisata Monkey Forest selama ini selalu ramai pengujung.
Kawasan dengan luas puluhan hektare itu dihuni ribuan kera itu yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke daerah itu, tutur Putu Keke.
Koordinator Pramuwisata KTT APEC Amos Lilo menjelaskan, ratusan jurnalis dari mancanegara ikut ambil bagian dalam program tur wisata yang disediakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selama pelaksanaan KTT APEC.
Para wartawan peliput KTT APEC itu sebagian besar berasal dari Korea Selatan, Jepang, Vietnam, China, dan Amerika Serikat. Paket wisata setengah hari itu antara lain
mengunjungi objek wisata Pura Taman Ayun Mengwi-Tanah Lot, Ubud, Garuda Wisnu Kencana-Uluwatu, dan mengunjungi sejumlah rumah tradisional Bali.
Sedangkan untuk tur satu hari penuh, wartawan bisa memilih paket perjalanan ke Kintamani, Badugul-Tanah Lot, Pura Besakih, Karangasem, dan Ubud-Tanah Lot.
HPI sendiri menyiagakan tujuh orang pemandu wisatanya untuk melayani para jurnalis tersebut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Namun sebagian besar jurnalis mancanegara memilih Uluwatu dan GWK. Tetapi paling jauh itu ada juga yang ke Besakih dan Kintamani, tutur Amos Lilo. (WRA)
Delegasi APEC Kunjungi Perkampungan Seniman Ubud
Senin, 7 Oktober 2013 23:01 WIB