Banda Aceh (ANTARA) - Usianya belum genap 18 tahun, namun kiprah Raden Mas Gusti Fazli Kertinegoro atau Fazli mampu mengharumkan tanah kelahirannya, Provinsi Bali di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara.
Bak Arjuna dari epos Mahabharata yang dikenal sebagai pemanah andal, pelajar kelas tiga di Primagama Homeschooling Denpasar, Bali itu sukses mempersembahkan medali perak kepada Provinsi Bali.
Di ajang multievent bergengsi tingkat nasional itu ia menjadi satu-satunya wakil panahan dari Pulau Dewata yang tembus final setelah melalui kualifikasi ketat.
Ia tembus final pada nomor pertandingan recurve putra setelah menumbangkan wakil Yogyakarta, Hendra Purnama dengan skor 6-4.
Ada tujuh orang atlet panahan asal Bali termasuk dirinya yang dikirim ke Aceh untuk bertanding di PON XXI.
Baca juga: Gusti Fazli perbaiki kinerja panahan Bali di PON XXI
Di final, pemanah muda itu head to head dengan atlet asal Jawa Barat, Ahmad Khoirul Baasith dengan hasil akhir 4-6 untuk kemenangan pemain lawan.
Berawal iseng jadi cinta
Fazli sama sekali tidak memiliki keluarga yang menekuni dunia olahraga apalagi di cabang panahan mengingat kedua orangtuanya adalah seorang wirausaha.
Kecintaannya kepada dunia memanah berawal saat ia diajak kedua orangtuanya, Infithar Fajar Putra dan Fuli Nandhina Anantasani, berkunjung ke Bandung, Jawa Barat.
Saat itu, anak pertama dari empat bersaudara itu masih kelas V sekolah dasar dan berkesempatan menyaksikan salah satu kejuaraan memanah.
Sesampainya di Bali, panahan terus terngiang di benaknya hingga Fazli pun iseng mencoba menekuni panahan.
“Awalnya iseng liburan ke Bandung, ada panahan terus iseng coba panahan akhirnya suka,” kata Gusti Fazli dengan senyum semringah saat mengenang pertama kali cinta olahraga memanah.
Akhirnya ia pun menggemari olahraga dengan busur dan anak panah itu.
Bak gayung bersambut, kegemarannya bermain panahan mendapat dukungan positif dari keluarga, terutama kedua orangtuanya.
Bahkan sang ayah mendirikan klub memanah Bali Heroes untuk mengakomodasi bakat dirinya dan anak muda lain yang ingin menekuni olahraga panahan.
Di sana-lah ia mengasah kemampuan memanah hingga mengantarkan dirinya ke ajang bergengsi PON.
Prestasi memanah
Bisa pentas di ajang Pekan Olahraga Nasional bukan-lah momen instan. Ia melewati sejumlah proses hingga masuk seleksi untuk berkompetisi.
Fazli mengetes dirinya dengan pertama kali mengikuti kompetisi memanah di kejuaraan tingkat Provinsi Bali pada 2022 dan masuk empat besar.
Kompetisi itu menjadi batu loncatannya untuk ikut ajang lebih tinggi yakni Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Kalimatan Tengah pada 2022.
Saat itu, ia baru berusia 16 tahun dan sudah menyumbangkan medali emas untuk nomor beregu dan perunggu untuk nomor pertandingan campuran.
Setahun setelahnya, berturut-turut ia mengikuti sejumlah kejuaraan di antaranya Kejurnas Panahan Junior di Bogor, Jawa Barat pada 2023 dengan merebut medali emas untuk nomor perorangan putra pada Juli 2023.
Selanjutnya, ia juga bertarung di Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POP Nas) XVI di Palembang pada Agustus 2023.
Di ajang itu, ia menorehkan medali emas untuk kategori perorangan dan medali perak untuk beregu putra.
Tak hanya itu, ia juga aktif mengikuti kompetisi panahan lainnya di beberapa kota di tanah air.
Sederet capaian di usianya yang masih belia itu mengantarkan Fazli untuk mengikuti seleksi hingga akhirnya masuk Babak Kualifikasi (BK) PON XXI di Aceh-Sumatera Utara.
Ia masuk di divisi recurve dan lolos empat besar sehingga berhak masuk BK PON.
Tak berhenti di situ, ia harus diseleksi kembali hingga masuk delapan besar yang mengantarkan dirinya ke pentas olahraga tertinggi tingkat nasional itu.
Di PON XXI Wilayah Aceh, ia turun di divisi recurve perorangan putra dan campuran yang beduet dengan rekan satu timnya, Mirsa Veronica Sandy.
Sayangnya, untuk nomor campuran itu, langkahnya terhenti di babak perempat final setelah ditumbangkan langganan Olimpiade yakni Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa.
Ingin masuk timnas
Meski menggeluti olahraga memanah, bukan berarti ia melupakan sekolah.
Fazli mengenyam pendidikan kelas satu hingga kelas dua di SMA Albana Denpasar.
Untuk menyeimbangkan partisipasi di kompetisi dan belajar di bangku pendidikan, ia pun memilih program belajar homeschooling yang saat ini sudah memasuki kelas tiga.
Baginya pendidikan tetap yang utama. Namun membela daerah dalam kompetisi olahraga bergengsi juga menjadi targetnya.
Setelah PON di Aceh, beberapa ajang kompetisi sudah menanti di antaranya Grand Triumph, kompetisi panahan internasional yang rencananya diadakan di Yogyakarta pada Oktober 2024.
Untuk memantapkan karirnya di dunia panahan, Fazli juga ingin masuk seleksi tim nasional panahan.
Berlaga melawan atlet Pelatnas Panahan yakni Riau Ega dan Diananda Choirunisa di PON XXI Wilayah Aceh menjadi ajang pemanasan sembari belajar dari dua seniornya itu yang terakhir menjadi finalis di Olimpiade Paris 2024.
Ada pun torehan medali perak dari pemuda kelahiran Denpasar 19 Desember 2006 itu di PON XXI Aceh-Sumatera sekaligus memperbaiki capaian tim panahan Bali saat berlaga di PON XX di Papua.
Saat itu, tim panahan Bali untuk pertama kalinya mempersembahkan medali perunggu.
Ketua Umum Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Bali Made Rentin menilai Gusti Fazli adalah aset besar dan andalan olahraga panahan masa depan mengingat usia yang belia, memiliki bakat dan prestasi.
Ia pun berharap pemanah muda itu meningkatkan konsistensi dalam berlatih dan mengasah kemampuan memanah termasuk berpartisipasi dalam setiap kompetisi.
Namun, regenerasi juga perlu dilakukan untuk memajukan olahraga panahan baik di Bali hingga secara nasional dalam membina talenta muda bidang panahan.
Tentunya upaya itu membutuhkan dukungan dari pemerintah, pengurus olahraga dan cabang olahraga hingga orangtua yang selama ini juga berperan besar.