Teheran (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dalam kunjungannya ke Beirut pada Rabu bertemu dan berunding dengan pemimpin senior kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan Jihad Islam.
Pertemuan itu terjadi beberapa jam setelah jeda kemanusiaan selama empat hari yang ditengahi Qatar dan Mesir dikonfirmasi oleh Hamas dan Israel, setelah 46 hari serangan tanpa pandang bulu di Jalur Gaza yang terkepung.
Amir-Abdollahian bertemu Sekretaris Jenderal Jihad Islam Ziyad Nakhaleh dan wakil kepala Hamas Khalil al-Hayya, dan mendiskusikan perkembangan di Gaza serta tentang kesepakatan tersebut.
Setibanya di ibu kota Lebanon, dia mengatakan perlawanan selama enam pekan yang dilakukan kelompok-kelompok Palestina membuktikan bahwa "waktu tidak berpihak kepada Israel."
Masa depan Gaza dan masa depan Palestina, menurut dia, akan ditentukan oleh rakyat Palestina sendiri, menepis spekulasi bahwa Hamas akan tersingkir dari wilayah itu.
Amir-Abdollahian mengatakan dia berada di Beirut untuk berkonsultasi dengan pejabat tinggi Lebanon mengenai "cara memaksimalkan keamanan di kawasan dan cara untuk memulihkan hak-hak rakyat Palestina."
Baca juga: Indonesia kirim bantuan kemanusiaan lagi ke Palestina
Dia juga menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri.
Kesepakatan jeda kemanusiaan diumumkan pada Rabu dini hari (22/11). Kesepakatan itu akan memungkinkan pembebasan 150 tahanan Palestina, masuknya konvoi bantuan dan menghentikan serangan Israel.
Hamas juga akan membebaskan 50 tahanan Israel yang disandera selama serangan mengejutkan pada 7 Oktober.
Kesepakatan itu dapat diperpanjang jika kedua pihak setuju untuk membebaskan lebih banyak tahanan.
Baca juga: Presiden Jokowi tegaskan Indonesia terus dukung perjuangan Palestina
Jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai 14.500 orang, dengan sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, sementara lebih dari 33 ribu lainnya luka-luka.
Pengepungan yang melumpuhkan di Jalur Gaza telah menimbulkan krisis kemanusiaan terburuk, yang membahayakan ribuan nyawa, terutama di rumah sakit yang kehabisan bahan bakar dalam beberapa pekan terakhir.
Sumber: Anadolu