Oleh I Ketut Atmadja
Para atlet, pelatih, dan pembina termasuk para penggembira dalam hajatan besar Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012 mulai meninggalkan Pekanbaru, Provinsi Riau.
Mereka yang rata-rata dua minggu berada di daerah itu tentu memiliki cerita tersendiri yang dialaminya apakah itu positif maupun yang kurang beruntung tentu yang merasakan dirinya sendiri.
Para atlet yang berhasil menyabet medali emas tentu akan bercerita menyenangkan dan membanggakan, tetapi yang belum beruntung sudah dapat dipastikan berbagi kekurangan yang dirasakan.
Itu adalah hal yang yang wajar, sebab bagaimana pun Pemerintah Provinsi Riau sebagai tuan rumah dapat dipastikan akan menunjukkan hal yang terbaik, tetapi kenyataannya tidak bisa memuaskan semua orang.
Yang penting tuan rumah sudah berniat yang terbaik, tetapi bagaimana kenyataannya hikmahnya yang harus dipetik untuk perbaikan penyelenggaraan perhelatan olahraga nasional di Indonesia.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh daerah yang menjadi tua rumah PON di masa mendatang, komentar Ketua Umum KONI Bali Drs Made Narana setelah dua minggu berada di tengah-tengah atlet PON Riau.
Ketiga hal itu adalah sumber daya manusia (SDM) yang harus memadai baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada atlet dan anggota kontingen yang datang dari daerah penjuru kota di Indonesia.
Venues tempat bertanding bagi atlet dari berbagai cabang olahraga yang dipertandingkan sudah harus siap untuk digunakan mulai awal pembukaannya termasuk asrama tempat penampungan atlet dalam kondisi yang memadai dan siap pakai.
Hal itu penting diperhatikan oleh calon tuan rumah PON empat tahun mendatang, tidak ada lagi keluhan atlet yang baru masuk asrama, air tidak ada, pintu dan jendela belum terpasang sehingga mengkhawatirkan penghuninya.
Masalah keamanan dan kenyamanan atlet yang bakal bertanding perlu mendapat perhatian utama, sehingga mampu memunculkan atlet-atlet tangguh yang berprestasi di perhelatan olahraga empat tahunan itu.
Masalah tiga hal itu perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh sebab pengalaman tempo hari baik di Riau, Kalimantan Timur maupun di tempat lainnya belum teratasi dengan baik.
Nanum para insan olahraga di Nusantara merasa yakin Provinsi Jawa barat yang bakal menjadi tuan rumah PON empat tahun lagi akan mampu mempersedikit permasalahan serupa itu.
Bali Tuan Rumah PON
Para insan olahraga di Nusantara banyak berharap agar Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia dan yang dijuluki pulau Dewata, bersedia menjadi tuan rumah penyelenggaraan PON.
Harapan itu pernah muncul saat PON di Kaltim, namun Gubernur Bali Dewa Berata kala itu menyatakan belum siap akibat minimnya pendataan dan terbatasnya fasilitas dan sarana olahraga yang ada.
Bali waktu itu hingga sekarang masih bergulat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mengurangi angka kemiskinan sehingga dana yang dialokasikan kepada sektor olahraga belum memadai.
Namun sekarang situasinya mulai berbeda, sebab lewat penyelenggaraan kegiatan akbar olahraga ini banyak hal bisa diraih yakni di samping mencetak olahraga berprestasi juga berpengaruh besar terhadap perekonomian rakyat.
Dampak lain dari olahraga itulah bisa dilihat selanjutnya sehingga Ketua Komisi III DPRD Bali Gusti Made Suryanta Putra berharap Bali bisa menjadi tuan rumah PON, karena itu kesiapan sarana dan prasarana harus sudah mulai dipikirkan mulai sekarang.
"Semua daerah mengharapkan ajang kegiatan olahraga nasional empat tahunan ini bisa diselenggarakan di Bali," kata Suryanta Putra, saat memantau pertandingan kontingen Bali di Pekanbaru.
Untuk menjadi tuan rumah, kata dia, harus dipersiapkan beberapa sarana dan prasarana olahraga yang memenuhi standar nasional, bila perlu standar internasional.
"Kalau dari lokasi atau tempat sangat memungkinkan Bali menjadi tuan rumah. Namun perlu persiapan fisik, seperti stadion utama, gelanggang olahraga (GOR) termasuk sarana lainnya sebagai penunjang kegiatan PON," kata Suryanta yang juga pengurus salah satu cabang bela diri di Bali.
Menurut dia, yang perlu sekarang adalah ada niat untuk menjadi tuan rumah. Setelah itu baru memikirkan yang lain, seperti penyediaan fasilitas olahraga dan pendanaan.
"Persiapan untuk menjadi tuan rumah terlebih dahulu ada sarana dan prasarana olahraga yang memadai. Persiapan untuk memang cukup lama dan berat. Tapi gengsi dari olahraga sangat mendunia," ucap pria asal Kabupaten Tabanan itu.
Apalagi Bali sudah dikenal dunia di sektor pariwisata, kata dia, sehingga kalau bisa menjadi tuan rumah PON misalnya, tentu nama Pulau Dewata akan semakin dikenal oleh masyarakat Nusantara.
"Saya tanya beberapa ketua kontingen daerah yang ikut PON semua berharap kegiatan ini bisa digelar di Bali. Alasannya sekalian bisa berwisata menikmati keindahan alam dan seni budaya Pulau Dewata," katanya.
Perlu juga diketahui belum semua warga (atlet) pernah ke Bali. Maka dari itu mereka sangat berkeinginan ajang olahraga PON bisa digelar di pulau dengan sebutan "Pulau Seribu Pura" itu.
Menyinggung pendanaan persiapan untuk menjadi tuan rumah PON, Suryanta Putra mengatakan bisa dipersiapkan mulai sekarang dari APBD.
"Ini bisa dianggarkan dari APBD untuk membangun sarana dan prasarana tersebut. Sistem pendanaan kan tahun jamak atau secara bertahap. Saya rasa dengan APBD Bali sekarang itu bisa dilakukan. Kalau memang pemprov ada keinginan menjadi tuan rumah PON," ujarnya.
Suryanta Putra berkeyakinan kabupaten dan kota di Bali pasti akan mendukung jika Bali berniat menjadi tuan rumah PON, apalagi Pemerintah Provinsi Bali sudah berencana memugar stadion Ngurah Rai menjadi sarana olahraga bertaraf internasional. Mudah-mudahan.(*/ADT/T007)