Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ketut Suastika mengatakan, dibutuhkan kerja keras bersama agar para petani di dalam kawasan yang dinominasikan menjadi warisan budaya dunia (WBD) ke UNESCO, benar-benar paham prinsip pelestarian kawasan.
"Khususnya petani di persawahan Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, sebagai salah satu tempat yang dinominasikan menjadi WBD. Untungnya, sejauh ini mereka memberikan respons positif," kata Ketut Suastika, di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, pihak Disbud Bali sudah mengumpulkan para "pekaseh" atau pimpinan kelompok sistem persawahan di Bali serta para petani untuk membangun komitmen pelestarian itu.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah kabupaten juga telah mengadakan penyuluhan dan bimbingan kepada segenap petani agar ke depannya kawasan pertanian tersebut tetap bisa berjalan, hutannya bagus serta sistem pengairannya tidak hilang," ujarnya.
Bahkan, komitmen itu, kata dia, sudah dijalin antara pemerintah provinsi, kabupaten, kelompok tertentu dan masyarakat. Mereka menyatakan kesiapan mengusung usulan WBD menjadi satu kesatuan kelestarian yang terintegrasi.
"Kami harapkan, selain kawasan persawahan menjadi lestari juga tak akan terjadi alih fungsi lahan, dan mereka dapat mengembangkan komoditas yang benar-benar dibutuhkan di sana," ujar Suastika.
Ia menambahkan, untuk kawasan Jatiluwih, terdapat 15 subak dan lima pura di sekitarnya yang masuk ke dalam kawasan nominasi WBD. "Ada pura Pura Batukaru, Muncaksari, Tamba Waras, Petali dan Pura Besi Kalung," ucapnya.(*)