Denpasar (Antara Bali) - Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia menegaskan, pekaseh atau ketua organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) tidak merangkap sebagai calo tanah.

"Pekaseh seharusnya membantu memecahkan masalah-masalah yang ada di persubakan bukan calo tanah," kata Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud di Denpasar, Minggu.

Hal itu menjadi penekanan setelah mendapat informasi di Desa Tulikup, Kabupaten Gianyar, terkait jual-beli tanah sawah di kawasan itu.

"Saya sangat menyesalkan kalau pimpinan subak justru merangkap sebagai calo tanah sawah. Padahal sekarang justru sedang gencar-gencarnya wacana untuk melestarikan subak dan mengendalikan alih fungsi lahan sawah," tegas mantan anggota DPR-RI itu.

Hal itu berkaitan erat dengan telah ditetapkannya subak sebagai warisan budaya dunia. Oleh sebab itu jika ada pekaseh yang justru ikut terlibat sebagai calo, maka hal itu adalah tindakan yang tidak dapat ditoleransi.

"Berikan hukuman yang maksimal, sesuai hukum yang berlaku," tegas Wayan Windia.

Ia juga mengimbau agar para anggota subak tidak salah pilih dalam menentukan pimpinannya. Jangan asal memilih orang yang "ngomong"-nya kenceng, tetapi bukan petani yang sesungguhnya.

"Orang yang demikian itu hanya petani asal-asalan. Sebagian besar waktunya, bukan di sektor pertanian. Orang-orang yang demikian itu biasanya cenderung mencari makan dengan `jalan pintas`," kata Prof Windia.

Dalam sektor pertanian, sisanya merangkap sebagai calo tanah sawah, mempermainkan bantuan sosial dan aktivitas lainnya yang melanggar.

Karena itu anggota subak sebaiknya memilih pekaseh dari petani setempat, yang memiliki keahlian dalam memecahkan masalah di subak bersangkutan.

Kalau di sebuah subak masalahnya adalah air, maka carilah pekaseh yang rajin mencari air, memiliki kemampuan untuk membersihkan terowongan atau saluran air.

Windia mengingatkan, masalah di subak adalah dalam menentukan waktu tanam yang baik, maka carilah petani yang memiliki kecerdasan lokal dalam menemukan "hari baik" untuk bertanam.(I020)

Pewarta: Pewarta IK Sutika

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016