Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia menggandeng Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, mendirikan laboratorium mini pengembangan pupuk organik berbasis "microbacter alfaafa" (MA-11) untuk memenuhi lonjakan permintaan pupuk tanpa bahan kimia tersebut.

"Kebutuhan MA-11 semakin meningkat, sehingga sudah saatnya didirikan suatu unit produksi pupuk organik itu di wilayah Bali dengan pengawasan mutu dari pihak penemu atau pemegang lisensinya," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Jumat.

Pemilihan lokasi pendirian laboratorium mini di Gianyar itu berdasarkan pertimbangan terhadap besarnya komitmen pemerintah setempat.

Banyaknya percontohan dan klaster komoditi padi di Subak Pulagan dan Subak Getas serta komoditi bawang merah di Subak Kembengan yang menuai keberhasilan serta besarnya potensi yang masih dapat dikembangkan.

Dia menjelaskan Pemkab Gianyar memberikan dukungan berupa penyediaan lokasi yaitu di BPP Tampaksiring.

Sedangkan Bank Indonesia, melalui program sosial memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana seperti renovasi tempat sesuai persyaratan dan peralatan yang dibutuhkan serta bantuan teknis berupa pelatihan dengan mendatangkan penemu atau pemegang lisensi yaitu Dr Nugroho Widiasmadi.

Pria yang akrab disapa Pak CIK itu menambahkan unit produksi laboratorium mini MA-11 itu mempunyai prinsip sosial, bukan semata-mata bisnis.

Operasional laboratorium ini itu dijalankan oleh petani dari kelompok binaan BI Provinsi Bali berjumlah delapan orang yang merupakan tim pengelola laboratorium mini dari beberapa kabupaten di Pulau Dewata dan telah dikukuhkan Dinas Pertanian Gianyar.

Pengembangan pertanian organik berbasis MA-11 telah menunjukkan bukti peningkatan produktifitas lahan kelompok binaan bank sentral itu.

Hasil panen padi perlakuan organik tahap ketiga bulan November 2016 lalu di Kelompok Tani Ternak dan Ikan Gianyar telah mencapai hasil rata-rata sebesar 10,5 ton per hektare atau meningkat 90 persen dari kondisi awal yang rata-rata hanya sebesar 5,5 ton per hektare.

Demikian juga dengan hasil panen padi tahap kedua di Subak Getas Gianyar pada Oktober 2016 menghasilkan rata-rata sebesar 9,5 ton per hektare meningkat sebesar 73 persen dari sebelumnya rata-rata hanya sebesar 5,5 ton per hektare.

Hasil panen bawang merah perlakuan organik tahap kedua Juni 2016 di Kelompok Sari Pertiwi Bangli juga meningkat dengan menghasilkan rata-rata 22,4 ton per hektare meningkat sebesar 135 persen dari kondisi awal rata-rata hanya sebesar 9,5 ton per hektare. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016