Singaraja (Antara Bali) - Sebanyak 7.177 siswa SD kelas IV sampai VI dari sembilan kabupaten/kota di Bali serentak mengikuti Festival "Nyastra" dengan menuliskan cerita sederhana dari huruf latin ke dalam aksara Bali.

"Sengaja kegiatan ini dipilih berbentuk festival dan bukan lomba, agar dapat memberikan kegembiraan pada siswa sehingga semua anak bisa ikut dengan jumlah peserta tidak terbatas," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha saat membuka Festival Nyastra di Gedung Gde Manik, Singaraja, Buleleng, Minggu.

Dia menambahkan, pelaksanaan festival yang digagas oleh para penyuluh bahasa Bali yang direkrut oleh pemprov setempat itu didukung penuh oleh para bupati/wali kota, tokoh-tokoh masyarakat dan orang tua siswa. Tempat penyelenggaraan hingga sarana prasarana yang diperlukan dalam Festival Nyastra juga difasilitasi para bupati/wali kota.

Ia mengemukakan jumlah peserta dari masing-masing kabupaten/kota yakni dari Kabupaten Buleleng (1.300 siswa), Badung (1.220), Klungkung (1.013), Bangli (1.000), Denpasar (689), Tabanan (635), Gianyar (360), Jembrana (460), dan Karangasem (500 siswa).

"Kami sangat senang karena para penyuluh bahasa Bali telah melaksanakan kewajiban di masing-masing desa, hingga mengadakan festival ini sebagai bentuk evaluasi atas hal-hal yang sudah dikerjakan sebagai penyuluh," ucapnya.

Menurut dia, tidak bisa dipungkiri keberadaan aksara dan sastra Bali sekarang ini terkesan semakin ditinggalkan oleh masyarakat Bali, apalagi oleh anak-anak yang hidup di perkotaan. Padahal aksara dan sastra Bali menjadi dasar untuk melaksanakan adat dan budaya Bali.

"Bahasa Bali sebagai bahasa Ibu, seharusnya dipakai dan dilestarikan oleh masyarakat Bali. Oleh karena itu juga, Pemprov Bali mulai dari 2016 telah merekrut para penyuluh bahasa Bali untuk ditugaskan di 716 desa," ujar Dewa Beratha.

Di sisi lain, pihaknya melihat di tengah era globalisasi dan kemajuan iptek, bisa saja menggerus adat dan budaya Bali, sehingga semua mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga dan melestarikan aksara Bali.

"Apalagi lewat Festival Nyastra ini kami rasa sudah tepat karena memang sepatutnya upaya untuk menjaga dan melestarikan aksara Bali dimulai dari siswa-siswi SD. Kalau sudah aksara dan sastra Bali terjaga, maka adat dan budaya Bali sudah pasti akan terjaga dan lestari," kata Dewa Beratha.

Peserta dengan hasil tulisan terbaik di setiap kabupaten/kota mendapatkan hadiah berupa sepeda sumbangan dari Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016