Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali berencana menjalin kerja sama dalam penanganan rabies dengan Prefektur Kumamoto, Jepang, sehingga penyakit yang ditularkan oleh anjing itu kasusnya dapat lebih diminimalisasi.
"Khususnya kami mengharapkan kerja sama dalam aspek komunikasi, informasi, edukasi kepada masyarakat supaya mereka mau memelihara anjing dengan diikat atau dikandangkan dan kemudian divaksin seperti halnya di Jepang," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra, di Denpasar, Senin.
Di samping itu, ucap dia, kerja sama juga bisa dari sisi alat-alat untuk mempercepat analisis rabies di lapangan.
"Intinya yang akan dikerjasamakan adalah hal-hal yang belum kita kerjakan, tetapi di Kumamoto upaya-upaya tersebut telah terbukti berhasil menekan rabies," ujarnya.
Meskipun kasus gigitan anjing saat ini sudah jauh menurun, kata Sumantra, persoalan utama Bali dalam penanganan rabies terletak pada masih banyaknya anjing liar sehingga menyulitkan untuk dilakukan vaksinasi massal.
"Padahal cara yang paling bagus untuk menekan rabies adalah membuat pengebalan pada semua anjing melalui vaksinasi rabies. Tetapi, vaksinasi baru bisa dilakukan sepenuhnya atau 100 persen dari populasi anjing jika hewan peliharaan itu diikat," ucapnya.
Untuk 2016 saja, Pemerintah Provinsi Bali sudah memvaksinasi sekitar 400 ribu anjing dan jumlah itu belum menyentuh semua populasi anjing karena tidak sedikit ada anjing liar dan anjing yang sengaja diliarkan oleh pemiliknya.
Di sisi lain, kata Sumantra, hal yang bisa dicontoh dari Kumamoto Jepang adalah tersedianya fasilitas rumah sakit atau pusat kesehatan hewan yang memadai dan bagus.
"Sedangkan kalau di Bali, jumlah pusat kesehatan atau klinik hewan masih kurang, demikian juga dengan kelengkapan fasilitas dan jumlah SDM yang masih minim," ujarnya.
Pihaknya juga tidak mempersoalkan dan malah mendukung jika ternyata ada investor yang tertarik untuk membuka atau mengembangkan klinik-klinik kesehatan hewan yang lebih besar.
Terkait kerja sama pengendalian rabies, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dengan Kumamoto Indonesia Friendship Association (KIFA) berencana untuk membentuk yayasan yang bergerak dalam penggalian dana pengendalian rabies.
Rencana kerja sama dengan Kumamoto Jepang ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan jajaran beberapa waktu lalu ke Kumamoto untuk menandatangani MoU atau nota kesepahaman dalam berbagai bidang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Khususnya kami mengharapkan kerja sama dalam aspek komunikasi, informasi, edukasi kepada masyarakat supaya mereka mau memelihara anjing dengan diikat atau dikandangkan dan kemudian divaksin seperti halnya di Jepang," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra, di Denpasar, Senin.
Di samping itu, ucap dia, kerja sama juga bisa dari sisi alat-alat untuk mempercepat analisis rabies di lapangan.
"Intinya yang akan dikerjasamakan adalah hal-hal yang belum kita kerjakan, tetapi di Kumamoto upaya-upaya tersebut telah terbukti berhasil menekan rabies," ujarnya.
Meskipun kasus gigitan anjing saat ini sudah jauh menurun, kata Sumantra, persoalan utama Bali dalam penanganan rabies terletak pada masih banyaknya anjing liar sehingga menyulitkan untuk dilakukan vaksinasi massal.
"Padahal cara yang paling bagus untuk menekan rabies adalah membuat pengebalan pada semua anjing melalui vaksinasi rabies. Tetapi, vaksinasi baru bisa dilakukan sepenuhnya atau 100 persen dari populasi anjing jika hewan peliharaan itu diikat," ucapnya.
Untuk 2016 saja, Pemerintah Provinsi Bali sudah memvaksinasi sekitar 400 ribu anjing dan jumlah itu belum menyentuh semua populasi anjing karena tidak sedikit ada anjing liar dan anjing yang sengaja diliarkan oleh pemiliknya.
Di sisi lain, kata Sumantra, hal yang bisa dicontoh dari Kumamoto Jepang adalah tersedianya fasilitas rumah sakit atau pusat kesehatan hewan yang memadai dan bagus.
"Sedangkan kalau di Bali, jumlah pusat kesehatan atau klinik hewan masih kurang, demikian juga dengan kelengkapan fasilitas dan jumlah SDM yang masih minim," ujarnya.
Pihaknya juga tidak mempersoalkan dan malah mendukung jika ternyata ada investor yang tertarik untuk membuka atau mengembangkan klinik-klinik kesehatan hewan yang lebih besar.
Terkait kerja sama pengendalian rabies, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dengan Kumamoto Indonesia Friendship Association (KIFA) berencana untuk membentuk yayasan yang bergerak dalam penggalian dana pengendalian rabies.
Rencana kerja sama dengan Kumamoto Jepang ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan jajaran beberapa waktu lalu ke Kumamoto untuk menandatangani MoU atau nota kesepahaman dalam berbagai bidang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016