Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia mengimbau eksportir Provinsi Bali untuk melakukan perluasan pasar selain Amerika Serikat guna mengantisipasi kebijakan Presiden Terpilih Donald Trump yang akan lebih memproteksi perdagangannya.

"Trump dalam kampanyenya jelas akan melakukan proteksi (perdagangan) dan Bali ekspor utamanya ke Amerika. Oleh karena itu kalau bisa buka pasar lain selain AS," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana usai membuka Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, janji kampanye Trump untuk lebih memproteksi perdagangannya, berpotensi menghambat kinerja perdagangan luar negeri Provinsi Bali, mengingat negeri adidaya itu merupakan negara tujuan ekspor barang utama Pulau Dewata.

Selain AS, BI juga mengingatkan eksportir dari Bali terkait perkembangan ekonomi negara-negara pasar di antaranya Jepang, Tiongkok dan Eropa Barat pascakeluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Causa mengatakan bahwa masih banyak negara lain yang memiliki potensi besar untuk dijajaki kerja sama di antaranya negara-negara di kawasan Eropa Timur dan Amerika Latin.

Meski taipan properti yang akan dilantik pada 20 Januari 2017 sebagai orang nomor satu di AS itu belum menetapkan kabinet dan programnya kerjanya, para pelaku usaha, lanjut Causa, masih melakukan "wait and see" atau menunggu dan mengamati langkah ekonomi yang akan diambil oleh Donald Trump.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho beberapa waktu lalu menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan pangsa terbesar ekspor dari Bali yakni sektor perdagangan nonmigas Bali yang bahkan mengalami surplus sebesar 57,8 juta dolar AS selama periode Januari hingga Juni 2016.

Pengusaha AS mengimpor aneka kerajinan dan mata dagangan nonmigas lainnya dari Bali seharga 64,7 juta dolar AS selama Januari-Juni 2016, meningkat 9,93 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2015 sebesar 58,8 juta dolar AS.

Pembeli dari Jepang berada di urutan kedua bernilai 20,9 juta dolar AS selama semester pertama 2016, berkurang 3,51 persen jika dibandingkan periode sama 2015 mencapai 21,7 juta dolar AS, kemudian disusul Australia 20,5 juta dolar AS, bertambah 9,86 persen dari periode sebelumnya 18,7 juta dolar AS.(WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016