Denpasar (Antara Bali) - Wakil Rektor IV Universitas Udayana (Unud) Prof Drs Made Suastra PhD menegaskan, pihaknya sedang merancang pengembangan "techno science" sebagai upaya mendiseminasikan hasil-hasil penelitian para peneliti di universitas tertua dan terbesar di Bali itu.

"Selama ini hasil-hasil penelitian dosen Unud mentok pada menghasilkan paten ataupun publikasi jurnal ilmiah di tingkat nasional maupun internasional," kata Prof Suastra ketika membuka Seminar Nasional Manajemen Agribisnis di Gedung Pasca Sarjana, Kampus Unud Sudirman, Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, dalam upaya mewujudkan "techno science" membuat pemetaan potensi pertanian di Provinsi Bali.

Pemetaan tersebut masih bersifat kasar, sekaligus sebagai kajian pendahuluan yang dijadikan acuan pengembangan potensi unggulan masing-masing kawasan.

Pemetaan masih dibahas dan disempurnakan oleh pihak pimpinan Unud sebelum mengimplemtasikan hasil-hasil penelitian sesuai kawasan yang ditetapkan.

Prof Made Suastra yang juga guru besar Fakultas Sastra dan Budaya Unud itu berdasarkan pemetaan tersebut, Kabupaten Karangasem akan dikembangkan pertanian, menyusul Kabupaten Bangli pada pengembangan ternak unggas dan Kabupaten Gianyar (Sosial Budaya).

Sedangkan Kabupaten Tabanan dan Badung (potensi agrowisata), Jembrana dan Buleleng (minapolitan).

Ditambahkan, pemetaan potensi berbasiskan pertanian diarahkan menjaga keberlanjutan pertanian di Bali.

Prof. Suastra meyakini kendati Bali dikenal sebagai destinasi pariwisata, namun sektor pertanian tidak mungkin ditinggalkan karena pertanian yang menghidupi sektor pariwisata di Bali.

"Jadi apapun alasannya keberlanjutan di Bali harus diupayakan secara serius," tegas Prof Made Suastra seraya meminta sejumlah guru besar Unud untuk aktif terlibat dalam perancangan dan pengembangan "techno science".

Dijelaskan, sebelum mencapai pengembangan "techno science", Unud secara bertahap akan mengembangankan Pusat Unggulan inovasi dan tahun 2017 ditargetkan ada tiga Pusat Unggulan Institusi.

Ketua Panitia Dr I Gede Mekse Arisena Korri SP MAgb menjelaskan, seminar nasional manajemen agribisnir mengusung tema Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan melalui Penguatan Kelembagaan Sosio-Bisnis.

Seminar tersebut menampilkan pembicara pakar agribisnis antara lain Prof Dr Ir Masyhuri (UGM Yogjakarta), Prof Ir Ratya Anindita MS PhD (UB Malang) serta pembicara asal Bali dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Bali dan Guru Besar Fakultas Pertanian Unud Prof Dr Ir I Wayan Windia SU.

Prof Masyuri menekankan pemerintah agar mampu membangun pertanian secara berkelanjutan dengan beberapa syarat utama antara lain adanya pasar untuk hasil usaha tani.

Selain itu teknologi yang senantiasa berkembang, tersedianya bahan dan alat produksi secara lokal serta adanya perangsang produksi bagi petani, tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkesinambungan.

"Pemerintah sudah berupaya membangun lembaga pemasaran, seperti sub terminal agribisnis, hanya implementasinya tidak sesuai harapan. Semua sub terminal agribsnis gagal," ujarnya.

Sementara Prof Ratya Anindita menekankan pemerintah tidak membiarkan petani bersaing di era pasar bebas tanpa memberikan perlindungan, karena sudah pasti akan kalah.

Ia mencontohkan, pangsa pasar bawang putih sebelumnya sempat dikuasai petani Indonesia beberapa persen saja, akibat pembiaran dari pemerintah akibatnya saat ini pangsa pasar bawang putih sepenuhnya dikuasai China. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016