Singaraja (Antara Bali) - Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Buleleng, Bali, mengajak kalangan pemuda di daerah itu berani tampil sebagai pemimpin dalam berbagai bidang/segmen yang ada di masyarakat.
"Para pemuda harus berani menunjukkan potensi yang dimilikinya. Jangan terus menerus larut dalam zona nyaman," kata Wakil Ketua Peradah Bueleng, Kadek Duwika SE MM di Kota Singaraja, Bali, Kamis.
Menurut dia, paham pragmatisme mulai menggerogoti generasi muda saat ini. Pemuda mulai acuh menyikapi berbagai permasalahan yang ada di daerahnya.
"Fakta riil yang ada di masyarakat saat ini adalah anak muda mulai menjadi generasi individualis atau generasi yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Mereka hanya mencari sesuatu yang bermanfaat bagi kebutuhannya. Belum lagi pengaruh media sosial dan telepon pintar (gaget), semakin mempersempit kehidupan sosial pemuda," katanya sembari menegaskan inilah fakta yang seharusnya perlu dicarikan solusi bersama.
Ia menambahkan, mirisnya, para pemimpin sekup paling kecil hingga besar misalnya di kelompok banjar, desa dan kabupaten kebanyakan diisi kalangan tua saja. Bahkan, kebanyakan yang sudah berusia diatas 50 tahun.
"Berapa banyak anak muda yang mau tampil di desanya, berapa banyak anak muda yang mau tampil menjadi pemimpin di daerahnya Sangat minim. Bahkan tidak ada. Bukti nyata yang nyalon bupati toh juga orang-orangnya itu saja. Mana para politikus muda yang mau bersaing. Mereka takut duluan sebelum perang," tegasnya.
Duwika juga mengungkapkan, jika menelisik kebelakang, NKRI dibangun dari jasa dan perjuangan para pemudanya. "Lihat organisasi pergerakan Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama yang dibangun oleh anak-anak muda. Kedua proklamator kemerdekaan kita yakni Bung Karno dan Bung Hatta merintis Indonesia merdeka dari usia muda. Begitu juga Bung Syahrir dan Bung Tomo. Bahkan Bung Karno sudah berani menjadi pemimpin dan menentang penjajah ketika umurnya baru dua puluhan tahun," kata dia.
Padahal, kata dia, kalangan muda sebenarnya memiliki potensi yang sangat luar biasa. Mereka (pemuda) masih sangat enerjik, bersemangat, fikiran masih kuat dan juga punya integritas yang kukuh.
"Saya mengajak anak-anak muda Buleleng di semua wilayah untuk bangkit. Tunjungan diri sebagai agen perubahan (agent of change), agen pembangunan (development) dan agen modernitas (moderenisasi). Tunjukkan potensi diri yang dimiliki. Tidak ada kata terlambat untuk maju berjuang bersama sama membangun daerah," tegasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Para pemuda harus berani menunjukkan potensi yang dimilikinya. Jangan terus menerus larut dalam zona nyaman," kata Wakil Ketua Peradah Bueleng, Kadek Duwika SE MM di Kota Singaraja, Bali, Kamis.
Menurut dia, paham pragmatisme mulai menggerogoti generasi muda saat ini. Pemuda mulai acuh menyikapi berbagai permasalahan yang ada di daerahnya.
"Fakta riil yang ada di masyarakat saat ini adalah anak muda mulai menjadi generasi individualis atau generasi yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Mereka hanya mencari sesuatu yang bermanfaat bagi kebutuhannya. Belum lagi pengaruh media sosial dan telepon pintar (gaget), semakin mempersempit kehidupan sosial pemuda," katanya sembari menegaskan inilah fakta yang seharusnya perlu dicarikan solusi bersama.
Ia menambahkan, mirisnya, para pemimpin sekup paling kecil hingga besar misalnya di kelompok banjar, desa dan kabupaten kebanyakan diisi kalangan tua saja. Bahkan, kebanyakan yang sudah berusia diatas 50 tahun.
"Berapa banyak anak muda yang mau tampil di desanya, berapa banyak anak muda yang mau tampil menjadi pemimpin di daerahnya Sangat minim. Bahkan tidak ada. Bukti nyata yang nyalon bupati toh juga orang-orangnya itu saja. Mana para politikus muda yang mau bersaing. Mereka takut duluan sebelum perang," tegasnya.
Duwika juga mengungkapkan, jika menelisik kebelakang, NKRI dibangun dari jasa dan perjuangan para pemudanya. "Lihat organisasi pergerakan Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama yang dibangun oleh anak-anak muda. Kedua proklamator kemerdekaan kita yakni Bung Karno dan Bung Hatta merintis Indonesia merdeka dari usia muda. Begitu juga Bung Syahrir dan Bung Tomo. Bahkan Bung Karno sudah berani menjadi pemimpin dan menentang penjajah ketika umurnya baru dua puluhan tahun," kata dia.
Padahal, kata dia, kalangan muda sebenarnya memiliki potensi yang sangat luar biasa. Mereka (pemuda) masih sangat enerjik, bersemangat, fikiran masih kuat dan juga punya integritas yang kukuh.
"Saya mengajak anak-anak muda Buleleng di semua wilayah untuk bangkit. Tunjungan diri sebagai agen perubahan (agent of change), agen pembangunan (development) dan agen modernitas (moderenisasi). Tunjukkan potensi diri yang dimiliki. Tidak ada kata terlambat untuk maju berjuang bersama sama membangun daerah," tegasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016