Jakarta (Antara Bali) - Selama lebih dari setahun ini rakyat Amerika
Serikat mengalami Pemilu yang mungkin paling kontroversial dan paling
memecahbelah rakyat Amerika.
Sebelum 8 November, rakyat Amerika dihadapkan pada dua pilihan, yakini antara calon presiden perempuan pertama dan calon presiden yang paling mustahil menang. Ternyata si mustahil yang menang, dan Donald Trump pun menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat dan yang kedua setelah Dwight david Eisenhower yang bukan berasal dari orang politik.
Bagaimana si mustahil ini menjadi pemenang Pemilu di negara paling kuat di dunia, berikut beberapa pernyataan dari sejumlah orang dalam tim kampanye Donald Trump kepada Washington Post yang diwawancarai dalam dua pekan terakhir Pemilu.
PAUL MANAFORT, bekas kepala kampanye Donald Trump:
Trump memandang Hillary Clinton sebagai personifikasi dari yang busuk-busuk di Washington. Dia benar-benar telah membuat kaitan antara sistem yang disebutnya curang, korupsi di Washington, kebuntuan di Washington dan pendekatan 'omong doang tanpa tindakan" dari Washington. Inti dia adalah lawannya bukan sekadar Hillary. Hillary hanya simbol.
KELLYANNE CONWAY, manajer kampanye Trump:
- Ada sekitar 14 hari Hillary kalah delapan dari sembilan kontes politik melawan Bernie Sanders. Saya sudah pelajari itu dan saya kira, dia menghadapi masalah besar tidak pernah menyadari. Dia tidak sadar pada kemunculan Barack Obama pada 2008. Dia tidak sadar ketika (popularitas) Bernie Sanders naik. Dan kami membuatnya kembali tidak sadar.
- Saya sama sekali tidak melihat Hillary sebagai orang yang berani mengambil risiko (risk-taker). Sebaliknya Donald Trump berani mengambil risiko. Dan meskipun dia disebut sembrono, rakyat suka orang-orang risk-taker. Barack Obama risk-taker. Bill Clinton juga risk taker.
SEAN SPICER, direktur komunikasi Komite Nasional Republik (RNC):
Pada setiap kampanye Anda mesti menggambarkan seorang kandidat. Hillary telah digambarkan sebagai orang yang tidak disukai dan tidak dipercayai orang, oleh karena itu yang harus kami lakukan adalah mempertegas pandangan itu.
NEWT GINGRICH, bekas ketua DPR, tangan kanan Trump, calon menteri luar negeri Trump:
- Trump punya banyak kelemahan tetapi dia memiliki keberanian yang lahir dari keotentikan. Sudah pasti dia kadang-kadang melakukan hal yang tidak bisa kami bayangkan karena dia merasa keotentikanlah yang memerintahkan itu.
- Trump adalah pribadi wirausaha yang luar biasa. Pribadi wirausaha sangat sulit bergerak dalam lingkungan perusahaan. Dia juga tidak punya kebiasaan didisiplinkan dan tak peduli pada fakta bahwa baik lawan maupun media massa akan memperhatikan setiap kata dan bahasa tubuhnya serta akan membeberkan masa lalunya pada tingkat yang memalukan sekali.
CARL PALADINO, kepala kampanye Trump di New York:
Ini bukan Pemilu biasa. Ini revolusi politik. Pemilih menganggap ini adalah jawaban untuk borok bertahun-tahun. Rakyat tahu ada yang salah. Rakyat tahu pemerintah mereka tidak sejalan dengan mereka. Rakyat tahu kelas menengah ditinggalkan. Rakyat juga tahu, mengapa kita punya banyak miliarder tapi mengapa sebagai kelas pekerja kita begitu melarat?
PHIL RUFFIN, salah satu tangan kanan Trump dan pemilik kasino:
Anda boleh saja memberikan saran sebanyak Anda inginkan, namun Trump akan lebih menuruti instingnya.
RON KAUFMAN, politisi veteran Republik pendukung setia Trump:
Saya dikeliligi oleh banyak sahabat yang terlibat dalam gerakan 'Hentikan Trump', termasuk orang-orang yang sangat dekat dengan saya, tapi saya yakin dia menang secara jujur. Ini bukan soal benar atau tidak, ini menyangkut berjuta-juta manusia yang memilih Trump. Partai semestinya mendukung dia.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Sebelum 8 November, rakyat Amerika dihadapkan pada dua pilihan, yakini antara calon presiden perempuan pertama dan calon presiden yang paling mustahil menang. Ternyata si mustahil yang menang, dan Donald Trump pun menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat dan yang kedua setelah Dwight david Eisenhower yang bukan berasal dari orang politik.
Bagaimana si mustahil ini menjadi pemenang Pemilu di negara paling kuat di dunia, berikut beberapa pernyataan dari sejumlah orang dalam tim kampanye Donald Trump kepada Washington Post yang diwawancarai dalam dua pekan terakhir Pemilu.
PAUL MANAFORT, bekas kepala kampanye Donald Trump:
Trump memandang Hillary Clinton sebagai personifikasi dari yang busuk-busuk di Washington. Dia benar-benar telah membuat kaitan antara sistem yang disebutnya curang, korupsi di Washington, kebuntuan di Washington dan pendekatan 'omong doang tanpa tindakan" dari Washington. Inti dia adalah lawannya bukan sekadar Hillary. Hillary hanya simbol.
KELLYANNE CONWAY, manajer kampanye Trump:
- Ada sekitar 14 hari Hillary kalah delapan dari sembilan kontes politik melawan Bernie Sanders. Saya sudah pelajari itu dan saya kira, dia menghadapi masalah besar tidak pernah menyadari. Dia tidak sadar pada kemunculan Barack Obama pada 2008. Dia tidak sadar ketika (popularitas) Bernie Sanders naik. Dan kami membuatnya kembali tidak sadar.
- Saya sama sekali tidak melihat Hillary sebagai orang yang berani mengambil risiko (risk-taker). Sebaliknya Donald Trump berani mengambil risiko. Dan meskipun dia disebut sembrono, rakyat suka orang-orang risk-taker. Barack Obama risk-taker. Bill Clinton juga risk taker.
SEAN SPICER, direktur komunikasi Komite Nasional Republik (RNC):
Pada setiap kampanye Anda mesti menggambarkan seorang kandidat. Hillary telah digambarkan sebagai orang yang tidak disukai dan tidak dipercayai orang, oleh karena itu yang harus kami lakukan adalah mempertegas pandangan itu.
NEWT GINGRICH, bekas ketua DPR, tangan kanan Trump, calon menteri luar negeri Trump:
- Trump punya banyak kelemahan tetapi dia memiliki keberanian yang lahir dari keotentikan. Sudah pasti dia kadang-kadang melakukan hal yang tidak bisa kami bayangkan karena dia merasa keotentikanlah yang memerintahkan itu.
- Trump adalah pribadi wirausaha yang luar biasa. Pribadi wirausaha sangat sulit bergerak dalam lingkungan perusahaan. Dia juga tidak punya kebiasaan didisiplinkan dan tak peduli pada fakta bahwa baik lawan maupun media massa akan memperhatikan setiap kata dan bahasa tubuhnya serta akan membeberkan masa lalunya pada tingkat yang memalukan sekali.
CARL PALADINO, kepala kampanye Trump di New York:
Ini bukan Pemilu biasa. Ini revolusi politik. Pemilih menganggap ini adalah jawaban untuk borok bertahun-tahun. Rakyat tahu ada yang salah. Rakyat tahu pemerintah mereka tidak sejalan dengan mereka. Rakyat tahu kelas menengah ditinggalkan. Rakyat juga tahu, mengapa kita punya banyak miliarder tapi mengapa sebagai kelas pekerja kita begitu melarat?
PHIL RUFFIN, salah satu tangan kanan Trump dan pemilik kasino:
Anda boleh saja memberikan saran sebanyak Anda inginkan, namun Trump akan lebih menuruti instingnya.
RON KAUFMAN, politisi veteran Republik pendukung setia Trump:
Saya dikeliligi oleh banyak sahabat yang terlibat dalam gerakan 'Hentikan Trump', termasuk orang-orang yang sangat dekat dengan saya, tapi saya yakin dia menang secara jujur. Ini bukan soal benar atau tidak, ini menyangkut berjuta-juta manusia yang memilih Trump. Partai semestinya mendukung dia.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016