Denpasar (Antara Bali) - Seorang Profesor dari Amerika Serikat (AS) Paul Connet Ph.D mengapresiasi komitmen Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dalam mengatasi permasalahan sampah di perkotaan.
"Saya mengapresiasi komitmen Pak Wali Kota Denpasar yang peduli dengan sampah dan berupaya untuk mewujudkan Denpasar bebas sampah," kata Paul saat memaparkan mewujudkan Denpasar "zero waste" (bebas sampah) di Gedung Sewaka Dharma, Lumintang, Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan Wali Kota Denpasar memiliki komitmen yang tinggi dalam mengatasi masalah kebersihan dan peduli dengan masalah sampah. Hal ini dapat dilihat dari program penanganan sampah yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik.
Paul mengatakan untuk mewujudkan bebas sampah di Kota Denpasar sangat mungkin dilakukan. Karena dukungan komitmen pemerintah sudah ada, sekarang tinggal meningkatkan peran serta masyarakat dan seluruh pemerhati lingkungan.
Terlebih lagi Kota Denpasar merupakan salah satu destinasi wisata. Itu sebagai salah satu faktor pendorong dalam mewujudkan hal tersbut.
"Ke depannya pengolahan sampah di Kota Denpasar bisa dijadikan objek wisata lingkungan. Ini juga akan membuka lapangan kerja serta dapat mewujudkan `zero waste` di Kota Denpasar," ujarnya.
Pengelolaan sampah sistem "zero waste" telah dilaksanakan di 63 negara yang memiliki permasalahan sama seperti di Kota Denpasar.
Paul lebih lanjut mengatakan penanganan permasalahan sampah di Kota Denpasar bisa dilakukan lebih mudah, karena karakteristik sampah yang dihasilkan masyarakat 50 persen merupakan sampah organik.
Dalam kesempatan tersebut, kata Paul, memperkenalkan konsep manajemen sampah ekonomi melingkar. Konsep ini dianggap relevan dengan kota Denpasar yang sebagian besar sampahnya adalah sampah basah.
Paul menjelaskan konsep ini memiliki sembilan langkah, yakni "source separation (pemilahan dari sumber), door to door collection (mengumpulkan dari rumah kerumah), composting, recycling, reuse and repair center, zero waste research, better industrial design, reducing throwaway product and packaging, dan fasilitas residual separation".
Titik berat konsep yang ditawarkan Paul adalah penanganan pada sumber produksi sampah. Yakni, sampah sudah dipisahkan sejak awal dengan tanggung jawab masyarakat, pemerintah hanya menangani residu sampah. Konsep tersebut mampu mengurangi pengiriman sampah ke TPA hingga 80 persen.
Sementara Wali Kota Denpasar Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan Paul menawarkan penanganan sampah yang berkelanjutan. Ini telah dibuktikan di beberapa negara termasuk terakhir di telah dilakukan di Filipina, penanganan sampah berkelanjutan telah berhasil dilaksanakan.
Ke depannya tantangan terberat mengajak para pengusaha untuk "meridesign product" sehingga bisa diolah kembali. Sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat agar lebih digencarkan. Sehingga masyarakat mau memilah sampah dari sumbernya yaitu rumah tangga.
"Ke depannya bagaimana permasalahan sampah sudah bisa diselesaikan di tingkat lingkungan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Saya mengapresiasi komitmen Pak Wali Kota Denpasar yang peduli dengan sampah dan berupaya untuk mewujudkan Denpasar bebas sampah," kata Paul saat memaparkan mewujudkan Denpasar "zero waste" (bebas sampah) di Gedung Sewaka Dharma, Lumintang, Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan Wali Kota Denpasar memiliki komitmen yang tinggi dalam mengatasi masalah kebersihan dan peduli dengan masalah sampah. Hal ini dapat dilihat dari program penanganan sampah yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik.
Paul mengatakan untuk mewujudkan bebas sampah di Kota Denpasar sangat mungkin dilakukan. Karena dukungan komitmen pemerintah sudah ada, sekarang tinggal meningkatkan peran serta masyarakat dan seluruh pemerhati lingkungan.
Terlebih lagi Kota Denpasar merupakan salah satu destinasi wisata. Itu sebagai salah satu faktor pendorong dalam mewujudkan hal tersbut.
"Ke depannya pengolahan sampah di Kota Denpasar bisa dijadikan objek wisata lingkungan. Ini juga akan membuka lapangan kerja serta dapat mewujudkan `zero waste` di Kota Denpasar," ujarnya.
Pengelolaan sampah sistem "zero waste" telah dilaksanakan di 63 negara yang memiliki permasalahan sama seperti di Kota Denpasar.
Paul lebih lanjut mengatakan penanganan permasalahan sampah di Kota Denpasar bisa dilakukan lebih mudah, karena karakteristik sampah yang dihasilkan masyarakat 50 persen merupakan sampah organik.
Dalam kesempatan tersebut, kata Paul, memperkenalkan konsep manajemen sampah ekonomi melingkar. Konsep ini dianggap relevan dengan kota Denpasar yang sebagian besar sampahnya adalah sampah basah.
Paul menjelaskan konsep ini memiliki sembilan langkah, yakni "source separation (pemilahan dari sumber), door to door collection (mengumpulkan dari rumah kerumah), composting, recycling, reuse and repair center, zero waste research, better industrial design, reducing throwaway product and packaging, dan fasilitas residual separation".
Titik berat konsep yang ditawarkan Paul adalah penanganan pada sumber produksi sampah. Yakni, sampah sudah dipisahkan sejak awal dengan tanggung jawab masyarakat, pemerintah hanya menangani residu sampah. Konsep tersebut mampu mengurangi pengiriman sampah ke TPA hingga 80 persen.
Sementara Wali Kota Denpasar Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan Paul menawarkan penanganan sampah yang berkelanjutan. Ini telah dibuktikan di beberapa negara termasuk terakhir di telah dilakukan di Filipina, penanganan sampah berkelanjutan telah berhasil dilaksanakan.
Ke depannya tantangan terberat mengajak para pengusaha untuk "meridesign product" sehingga bisa diolah kembali. Sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat agar lebih digencarkan. Sehingga masyarakat mau memilah sampah dari sumbernya yaitu rumah tangga.
"Ke depannya bagaimana permasalahan sampah sudah bisa diselesaikan di tingkat lingkungan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016