Denpasar (Antara Bali) - Daerah pedesaan di Bali mengalami deflasi sebesar 0,29 persen selama bulan Oktober 2016, sementara tingkat nasional pada bulan yang sama mengalami inflasi 0,04 persen.

"Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 18 provinsi di antaranya mengalami deflasi dan 15 provinsi mengalami inflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan deflasi terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo mencapai 0,91 persen. Di sisi lain inflasi tertinggi tercatat di Sumatera utara 0,76 persen dan terendah di Prinsi Bangka Belitung 0,01 persen.

Indeks harga konsumen perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh indeks harga konsumsi rumah tangga petani yang merupakan komponen dalam indeks harga yang dibayar petani.

Indeks harga konsumen (IHK) perdesaan terdiri atas tujuh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga serta kelompok transportasi dan komunikasi.

Adi Nugroho menambahkan, perubahan IHK pedesaan mencerminkan angka deflasi di wilayah pedesaan dan secara nasional terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,04 persen.

Bali yang mengalami deflasi perdesaan tersebut dipicu oleh menurunnya rata-rata harga pada beberapa kelompok komoditas yakni bahan makanan 1,01 persen, makanan jadi 0,03 persen, dan sandang 0,03 persen.

Sedangkan kelompok perumahan mengalami inflasi sebesar 0,39 persen, kesehatan 0,10 persen, pendidikan 0,69 persen serta rekreasi, olahraga, transportasi dan komunikasi 0,16 persen.

Adi Nugroho menjelaskan, secara umum komoditas penyumbang inflasi antara lain bawang merah, daging ayam ras, cabai rawit, gula pasir dan daging babi.(WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016