Jauh di dasar lautan, timun laut (Holothuroidea) menyembunyikan diri di balik hamparan pasir. Satwa ini mendapat julukan "sea cucumber" karena bentuknya menyerupai mentimun.
Tubuhnya lunak dengan tekstur kulit yang kasar. Satwa ini ukurannya berkisar satu inchi hingga mencapai beberapa meter.
"Timun laut", yang biasa disebut teripang, merupakan satwa laut yang pergerakannya lambat dan habitatnya di kawasan berpasir lumpur atau antara terumbu pada dasar lautan.
Timun laut atau teripang dapat dijumpai di lautan seluruh dunia. Tidak hanya pada kawasan pasang surut, teripang pun dapat ditemui di bagian laut dalam. Semula, teripang adalah satwa laut yang nyaris tidak dianggap oleh masyarakat pesisir.
Namun belakangan, teripang justru diburu dan menjadi tangkapan favorit masyarakat pesisir, terkait harganya yang tinggi. Permintaan masyarakat luar negeri pun mengalir deras sehingga harga teripang tak pernah anjlok di pasaran dunia.
Puguh Satrio, pelaku usaha hasil laut asal Sidoarjo, Jawa Timur, menyatakan teripang merupakan komoditas yang tidak pernah sepi dari permintaan konsumen luar negeri.
Padahal, dahulu teripang itu dibuang atau ditelantarkan begitu saja oleh nelayan karena dipandang tidak bernilai. Banyak teripang dibiarkan tergeletak di sepanjang pantai. Namun, setelah tahu nilai ekonominya yang melejit tinggi, masyarakat pesisir pun beramai-ramai melakukan perburuan teripang.
Konsumen teripang didominasi dari Tiongkok. Pembeli lainnya kebanyakan berasal dari Malaysia dan Korea. Semua jenis teripang diminati. "Orang mengonsumsi teripang sebagai makanan yang menyehatkan sekaligus obat herbal berkualitas," ujar Puguh yang lahir tahun 1972.
Harga teripang ini disesuaikan dengan jenis dan tingkat kekeringan. Jenis yang biasa ditangkap nelayan meliputi teripang duri, duyung, gamat nanas, gamat heder, gamat batu, dan ogai susu. Biasanya, masing-masing daerah memiliki nama sendiri-sendiri untuk menyebut teripang.
Menurut Puguh, sekarang yang sedang musim dipasok nelayan adalah teripang duri. Harga teripang duri yang sudah kering Rp1,8 juta per kilogram. Teripang lain yang banyak peminat adalah jenis susu, biasa dipesan yang belum kering seharga Rp820 ribu/kg.
Berkali-kali Ditipu
Mengawali usaha teripang sejak 2007, ujar Puguh, dijalani tanpa terencana. Saat itu, Puguh masih bekerja dengan menyewakan mobil di Bandar Udara Juanda, Surabaya. Pekerjaan ini mempertemukannya dengan seorang pria asal Sibolga, Sumatera Utara, yang minta diantar menuju rumah pengekspor teripang di wilayah Surabaya. Pria ini kemudian menjadi pelanggan tetap mobil sewaan Puguh. Setiap ke Surabaya selalu menghubunginya.
Lama-kelamaan, pria itu mempercayai Puguh dan mulai memberi tugas untuk mengambil kiriman hasil laut dari Sibolga dan mengantarkanya ke rumah pengekspor teripang. "Mulai dari sini, aku akhirnya mengenal teripang dan sebenarnya cukup kaget dengan harganya yang terbilang mahal," ucapnya.
Berawal dari sinilah Puguh akhirnya getol memasarkan teripang ke Surabaya. Sejumlah pengekspor dan pembeli dari luar negeri, lambat laut mengenal nama Puguh dan berminat melakukan transaksi teripang dengannya.
Meski demikian, bukan berarti Puguh menjalani usaha tanpa hambatan. Bahkan, lelaki ini mengaku sering menjadi korban penipuan, sampai-sampai pada awal usaha dirinya mengalami kerugian mencapai Rp50 juta.
Kerugian itu dialami ketika Puguh menjalin kerja sama dengan rekan bisnis yang bertugas mencari barang dan mendapatkan modal darinya. Ternyata, rekan bisnis ini sering berbohong masalah keuntungan, serta sering sembunyi-sembunyi ketika melakukan pengiriman produk teripang kepada pengekspor.
Kondisi ini membuat Puguh menetapkan hati untuk memutuskan kerja sama. Dia memutuskan untuk mencari teripang sendiri ke Makassar. Nyatanya, hal ini tidak gampang dilakukan. Lagi-lagi dia mengalami nasib kurang beruntung karena tertipu.
"Macam-macamlah cara nipunya, sampai saya tidak bisa tidur seminggu. Namanya baru bisnis sendiri, malah ditipu. Sampai tidak bisa tidur seminggu. Pertama kerja kena tipu Rp50 juta. Modus menipunya setelah saya kirim uang, jumlah barang itu tidak sesuai dengan keuangan yang saya saya kirim. Ada juga pembeli mengambil barang. Namun, bayarnya kurang," ucapnya.
Sebenarnya bukan hanya Puguh yang menjadi korban penipuan. Sepanjang pengalamannya ke berbagai daerah untuk mencari teripang, dia tidak jarang menjumpai sejumlah nelayan di pulau-pulau kecil, pun mengalami nahas karena hasil tangkapannya tak dibayar dan ditekan harganya.
Pengalaman lain yang didapatkan lelaki ini biasanya pelaku usaha akan mendapatkan hasil laut secara kontinu apabila memberikan modal lebih dahulu kepada nelayan. Bahkan, tidak jarang ada pengusaha yang memberikan kapal kepada nelayan agar mendapatkan pasokan teripang atau ikan secara rutin.
"Kalau aku biasanya memberikan modal untuk membeli solar kepada nelayan. Dalam menjalani usaha ini, aku bekerja sama dengan empat nelayan, yang berada di Makassar, Balikpapan dan Sorong. Aku memang pegang strategi tidak mau kerja sama dengan banyak-banyak nelayan, berhubung sekarang harga sedang tidak menentu. Sejak ada perdagangan bebas, pembeli dari luar negeri tidak jarang mencari teripang langsung ke nelayan," kata Puguh.
Perlindungan Ekosistem
Modal yang dibutuhkan untuk menjalani usaha teripang ini adalah terjalinnya rasa kepercayaan dengan nelayan dan pembeli. Khususnya, untuk berkomitmen menepati soal pembayaran. Jika terjadi ada keterlambatan pembayaran, maka sebaiknya menelepon untuk menginformasikan.
Modal lain, tentu saja berupa finansial untuk melakukan pembelian teripang ke nelayan. Sewaktu memulai usaha ini, Puguh sebelumnya menyiapkan modal puluhan juta rupiah. Namun, dia kemudian dibantu pembeli asing yang memesan teripang. Bantuan itu berupa uang tunai hingga mencapai Rp3 miliar.
Dalam sebulan, Puguh rata-rata mendapatkan omzet bersih antara Rp10 juta dan Rp15 juta. Omzet ini dikumpulkan tahun demi tahun, dan akhirnya berhasil diwujudkan dalam bentuk investasi indekos sebagai realisasi dari keinginannya yang sudah terpendam sejak lama.
Meski usaha ini sarat risiko, Puguh bertekad untuk terus bertahan pada usaha ekspor teripang. Baginya, usaha teripang inilah yang telah membuatnya memperbaiki perekonomian keluarganya selama ini.
Riwayat pekerjaan yang dilakoni Puguh terbilang banyak. Dahulu setelah tamat SMA, dia bekerja di pabrik keramik lantai selama 5 tahun. Ketika terjadi krisis moneter, pabrik tutup. Dia berpindah kerja ke pabrik kayu Pandaan selama setahun. Pindah lagi bekerja di kargo bandara mengurus paket dan dokumen.
Dilanjutkan bekerja di PJTKI tujuan Hong Kong, Singapura, dan Malaysia selama 4 tahun. Akhirnya membuka usaha sendiri sewa mobil di Bandar Udara Juanda hingga mengantarkan pada usaha berjualan teripang.
Sejak 2007 menggeluti usaha teripang, Puguh kini mulai melebarkan sayap dengan mengekspor hasil laut lainnya. Sekarang tidak hanya teripang yang diekspor lelaki ini, tetapi juga rumput laut jenis katoni dan sargasum. Selain itu, Puguh pun kadang mengekspor kulit mutiara untuk pasar konsumen Asia.
Pemerintah diharapkan jangan memaksakan peraturan kepada nelayan jika mereka belum siap untuk menerapkannya, kecuali peraturan itu bertujuan baik untuk melindungi ekosistem di lautan Nusantara. Sebagai contoh, nelayan dilarang pakai kompresor, padahal cara itu sudah dipakai bertahun-tahun dan nyatanya aman-aman saja.
"Terus pemerintah maunya nelayan pakai alat selam. Bisakah nelayan-nelayan itu memakai alat selam? Sudah adakah toko alat selam dan pengisian oksigen di pulau terpencil. Mampukah nelayan membelinya? Selain itu, saya juga menginginkan agar ada perhatian pada pelaku usaha karena kami kadang ada saja keterbatasan modal. Belum lagi, pengurusan surat-surat yang rumit," kata Puguh.
Sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P. Hutagalung menyebutkan selama ini hasil laut Indonesia, termasuk ubur-ubur, sudah menembus pasar ekspor Korea, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok, Amerika Serikat, serta Uni Eropa. Ubur-ubur diekspor untuk dipakai sebagai bahan baku obat dan kosmetik.
"Nyatanya tidak hanya ubur-ubur yang menembus pasar dunia. Binatang laut lainnya juga berpotensi akan menambah devisa negara melalui langkah ekspor," katanya.
Misalnya, dia meneruskan, teripang memiliki potensi besar dalam ekspor. Teripang bisa digunakan dan diolah menjadi bermacam-macam suplemen kesehatan. Selama ini sudah terkenal kalau teripang dapat digunakan untuk orang yang baru menjalani operasi karena dapat mempercepat pengeringan luka. Selain itu, teripang pun bisa meregenerasi sel, obat kuat, dan masih banyak lagi fungsinya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Tubuhnya lunak dengan tekstur kulit yang kasar. Satwa ini ukurannya berkisar satu inchi hingga mencapai beberapa meter.
"Timun laut", yang biasa disebut teripang, merupakan satwa laut yang pergerakannya lambat dan habitatnya di kawasan berpasir lumpur atau antara terumbu pada dasar lautan.
Timun laut atau teripang dapat dijumpai di lautan seluruh dunia. Tidak hanya pada kawasan pasang surut, teripang pun dapat ditemui di bagian laut dalam. Semula, teripang adalah satwa laut yang nyaris tidak dianggap oleh masyarakat pesisir.
Namun belakangan, teripang justru diburu dan menjadi tangkapan favorit masyarakat pesisir, terkait harganya yang tinggi. Permintaan masyarakat luar negeri pun mengalir deras sehingga harga teripang tak pernah anjlok di pasaran dunia.
Puguh Satrio, pelaku usaha hasil laut asal Sidoarjo, Jawa Timur, menyatakan teripang merupakan komoditas yang tidak pernah sepi dari permintaan konsumen luar negeri.
Padahal, dahulu teripang itu dibuang atau ditelantarkan begitu saja oleh nelayan karena dipandang tidak bernilai. Banyak teripang dibiarkan tergeletak di sepanjang pantai. Namun, setelah tahu nilai ekonominya yang melejit tinggi, masyarakat pesisir pun beramai-ramai melakukan perburuan teripang.
Konsumen teripang didominasi dari Tiongkok. Pembeli lainnya kebanyakan berasal dari Malaysia dan Korea. Semua jenis teripang diminati. "Orang mengonsumsi teripang sebagai makanan yang menyehatkan sekaligus obat herbal berkualitas," ujar Puguh yang lahir tahun 1972.
Harga teripang ini disesuaikan dengan jenis dan tingkat kekeringan. Jenis yang biasa ditangkap nelayan meliputi teripang duri, duyung, gamat nanas, gamat heder, gamat batu, dan ogai susu. Biasanya, masing-masing daerah memiliki nama sendiri-sendiri untuk menyebut teripang.
Menurut Puguh, sekarang yang sedang musim dipasok nelayan adalah teripang duri. Harga teripang duri yang sudah kering Rp1,8 juta per kilogram. Teripang lain yang banyak peminat adalah jenis susu, biasa dipesan yang belum kering seharga Rp820 ribu/kg.
Berkali-kali Ditipu
Mengawali usaha teripang sejak 2007, ujar Puguh, dijalani tanpa terencana. Saat itu, Puguh masih bekerja dengan menyewakan mobil di Bandar Udara Juanda, Surabaya. Pekerjaan ini mempertemukannya dengan seorang pria asal Sibolga, Sumatera Utara, yang minta diantar menuju rumah pengekspor teripang di wilayah Surabaya. Pria ini kemudian menjadi pelanggan tetap mobil sewaan Puguh. Setiap ke Surabaya selalu menghubunginya.
Lama-kelamaan, pria itu mempercayai Puguh dan mulai memberi tugas untuk mengambil kiriman hasil laut dari Sibolga dan mengantarkanya ke rumah pengekspor teripang. "Mulai dari sini, aku akhirnya mengenal teripang dan sebenarnya cukup kaget dengan harganya yang terbilang mahal," ucapnya.
Berawal dari sinilah Puguh akhirnya getol memasarkan teripang ke Surabaya. Sejumlah pengekspor dan pembeli dari luar negeri, lambat laut mengenal nama Puguh dan berminat melakukan transaksi teripang dengannya.
Meski demikian, bukan berarti Puguh menjalani usaha tanpa hambatan. Bahkan, lelaki ini mengaku sering menjadi korban penipuan, sampai-sampai pada awal usaha dirinya mengalami kerugian mencapai Rp50 juta.
Kerugian itu dialami ketika Puguh menjalin kerja sama dengan rekan bisnis yang bertugas mencari barang dan mendapatkan modal darinya. Ternyata, rekan bisnis ini sering berbohong masalah keuntungan, serta sering sembunyi-sembunyi ketika melakukan pengiriman produk teripang kepada pengekspor.
Kondisi ini membuat Puguh menetapkan hati untuk memutuskan kerja sama. Dia memutuskan untuk mencari teripang sendiri ke Makassar. Nyatanya, hal ini tidak gampang dilakukan. Lagi-lagi dia mengalami nasib kurang beruntung karena tertipu.
"Macam-macamlah cara nipunya, sampai saya tidak bisa tidur seminggu. Namanya baru bisnis sendiri, malah ditipu. Sampai tidak bisa tidur seminggu. Pertama kerja kena tipu Rp50 juta. Modus menipunya setelah saya kirim uang, jumlah barang itu tidak sesuai dengan keuangan yang saya saya kirim. Ada juga pembeli mengambil barang. Namun, bayarnya kurang," ucapnya.
Sebenarnya bukan hanya Puguh yang menjadi korban penipuan. Sepanjang pengalamannya ke berbagai daerah untuk mencari teripang, dia tidak jarang menjumpai sejumlah nelayan di pulau-pulau kecil, pun mengalami nahas karena hasil tangkapannya tak dibayar dan ditekan harganya.
Pengalaman lain yang didapatkan lelaki ini biasanya pelaku usaha akan mendapatkan hasil laut secara kontinu apabila memberikan modal lebih dahulu kepada nelayan. Bahkan, tidak jarang ada pengusaha yang memberikan kapal kepada nelayan agar mendapatkan pasokan teripang atau ikan secara rutin.
"Kalau aku biasanya memberikan modal untuk membeli solar kepada nelayan. Dalam menjalani usaha ini, aku bekerja sama dengan empat nelayan, yang berada di Makassar, Balikpapan dan Sorong. Aku memang pegang strategi tidak mau kerja sama dengan banyak-banyak nelayan, berhubung sekarang harga sedang tidak menentu. Sejak ada perdagangan bebas, pembeli dari luar negeri tidak jarang mencari teripang langsung ke nelayan," kata Puguh.
Perlindungan Ekosistem
Modal yang dibutuhkan untuk menjalani usaha teripang ini adalah terjalinnya rasa kepercayaan dengan nelayan dan pembeli. Khususnya, untuk berkomitmen menepati soal pembayaran. Jika terjadi ada keterlambatan pembayaran, maka sebaiknya menelepon untuk menginformasikan.
Modal lain, tentu saja berupa finansial untuk melakukan pembelian teripang ke nelayan. Sewaktu memulai usaha ini, Puguh sebelumnya menyiapkan modal puluhan juta rupiah. Namun, dia kemudian dibantu pembeli asing yang memesan teripang. Bantuan itu berupa uang tunai hingga mencapai Rp3 miliar.
Dalam sebulan, Puguh rata-rata mendapatkan omzet bersih antara Rp10 juta dan Rp15 juta. Omzet ini dikumpulkan tahun demi tahun, dan akhirnya berhasil diwujudkan dalam bentuk investasi indekos sebagai realisasi dari keinginannya yang sudah terpendam sejak lama.
Meski usaha ini sarat risiko, Puguh bertekad untuk terus bertahan pada usaha ekspor teripang. Baginya, usaha teripang inilah yang telah membuatnya memperbaiki perekonomian keluarganya selama ini.
Riwayat pekerjaan yang dilakoni Puguh terbilang banyak. Dahulu setelah tamat SMA, dia bekerja di pabrik keramik lantai selama 5 tahun. Ketika terjadi krisis moneter, pabrik tutup. Dia berpindah kerja ke pabrik kayu Pandaan selama setahun. Pindah lagi bekerja di kargo bandara mengurus paket dan dokumen.
Dilanjutkan bekerja di PJTKI tujuan Hong Kong, Singapura, dan Malaysia selama 4 tahun. Akhirnya membuka usaha sendiri sewa mobil di Bandar Udara Juanda hingga mengantarkan pada usaha berjualan teripang.
Sejak 2007 menggeluti usaha teripang, Puguh kini mulai melebarkan sayap dengan mengekspor hasil laut lainnya. Sekarang tidak hanya teripang yang diekspor lelaki ini, tetapi juga rumput laut jenis katoni dan sargasum. Selain itu, Puguh pun kadang mengekspor kulit mutiara untuk pasar konsumen Asia.
Pemerintah diharapkan jangan memaksakan peraturan kepada nelayan jika mereka belum siap untuk menerapkannya, kecuali peraturan itu bertujuan baik untuk melindungi ekosistem di lautan Nusantara. Sebagai contoh, nelayan dilarang pakai kompresor, padahal cara itu sudah dipakai bertahun-tahun dan nyatanya aman-aman saja.
"Terus pemerintah maunya nelayan pakai alat selam. Bisakah nelayan-nelayan itu memakai alat selam? Sudah adakah toko alat selam dan pengisian oksigen di pulau terpencil. Mampukah nelayan membelinya? Selain itu, saya juga menginginkan agar ada perhatian pada pelaku usaha karena kami kadang ada saja keterbatasan modal. Belum lagi, pengurusan surat-surat yang rumit," kata Puguh.
Sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P. Hutagalung menyebutkan selama ini hasil laut Indonesia, termasuk ubur-ubur, sudah menembus pasar ekspor Korea, Jepang, Taiwan, dan Tiongkok, Amerika Serikat, serta Uni Eropa. Ubur-ubur diekspor untuk dipakai sebagai bahan baku obat dan kosmetik.
"Nyatanya tidak hanya ubur-ubur yang menembus pasar dunia. Binatang laut lainnya juga berpotensi akan menambah devisa negara melalui langkah ekspor," katanya.
Misalnya, dia meneruskan, teripang memiliki potensi besar dalam ekspor. Teripang bisa digunakan dan diolah menjadi bermacam-macam suplemen kesehatan. Selama ini sudah terkenal kalau teripang dapat digunakan untuk orang yang baru menjalani operasi karena dapat mempercepat pengeringan luka. Selain itu, teripang pun bisa meregenerasi sel, obat kuat, dan masih banyak lagi fungsinya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016