Pagi itu, matahari menyinari kota Jakarta dengan terang dan jernih. Cuaca itu membuat anak-anak muda yang berstatus mahasiswa baru Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di bawah binaan Biro Pusat Statistik (BPS) ceria.
Luh Lisna Rupinayanti yang biasa dipanggil Lisna, anak kelahiran Banjar Dinas Dasong Desa Pancasari, Buleleng - Bali,  salah seorang dari mereka itu tampak sangat riang gembira bersama tujuh temannya yang datang dari pulau Dewata.

Saya baru kali ini menginjakkan kaki di Jakarta, tutur Lisna mengawali ceritanya yang menyebutkan bahwa dirinya datang ke ibukota mengawali untuk menuntut ilmu di STIS diantar kakak iparnya yang ibu rumah tangga.
Di antara teman yang ada, saya yang paling bangga, kata Lisna yang mengaku anak lulusan SMA Bali Mandara bunaan pemerintah Provinsi Bali. "Semua orang tahu anak-anak SMA Bali Mandara umumnya dari keluarga kurang mampu dibidang ekonomi."

Namun memiliki kecerdasan dan keuletan tinggi. Tanpa memiliki kelebihan itu sulit untuk bisa bergabung ke SMA Bali Mandara, sekolah yang dibina Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Lisna yang mengaku bersaudara empat orang dari ayah bernama Wayan Resep dan Ibu Ni Nyoman Nami bangga menyandang lulusan SMA Bali Mandara karena bisa memilih perguruan tinggi yang diinginkan.

Saya selama berada di SMA Bali Mandara dibimbing agar memiliki rasa persaudaraan sangat kuat, kita diajarkan untuk menerima satu sama lain, belajar untuk memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, tutur Lisna yang dikelilingi rekannya itu.

Ia memilih kuliah di STIS Jakarta karena di sini akan digembleng untuk menjadi tenaga profesional di sanping  ingin meringankan beban orang tua, sebab kuliah dengan ikatan dinas sudah pasti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga menerima tunjangan belajar.

Untuk mendapatkan tempat duduk di STIS tidak mudah, tutur Lisna anak kelahiran 20 Januari 1999, sebab ia harus mampu bersaing secara nasional bersama 24.000 pelamar dan disaring tiga tahap sehingga diterima 500 calon mahasiswa baru.

Untuk peserta dari Bali saja awalnya ada sekitar 400 orang, setelah dijaring hanya bisa lolos delapan orang, kata dia sambil menyebutkan tujuh teman lainnya yakni I Kadek Dede Dwipayana, AA Gede Ari Rama Nugraha,  I Nyoman Setiawan, I Made  Giri Suyasa , I Made Indra Prastya, Putu Rima Ayu Padini dan Ni Ketut Ananta Kusuma Dewi.

Saya melalui Antara Bali menyampaikan banyak terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Bali, terutama Gubernur Bali Made Mangku Pastika, guru dan staf  SMA Bali Mandara karena telah membimbing hingga dapat diterima di STIS Jakarta. (*)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016