Denpasar (Antara Bali) - Korps Menwa Ugracena Provinsi Bali akan menggelar pameran foto dan diskusi tentang pendidikan bela negara serangkaian menyambut hari ulang tahun (HUT) ke-52 pada 29 September 2016.

Ketua Korps Menwa Ugracena Provinsi Bali Bagus Ngurah Rai didampingi Ketua Panitia HUT tersebut Didik Budi Wibowo di Denpasar, Kamis, mengatakan berbagai kegiatan tersebut akan dipusatkan di Monumen Perjuangan Bangsal (MPB) di Pertigaan Gaji, Dalung Kabupaten Badung.

Ia mengatakan, pameran foto tersebut menyangkut berbagai kegiatan selama 52 tahun keberadaan Korps Menwa Ugracena di Provinsi Bali.

Menwa selama kurun waktu tersebut melaksanakan berbagai kegiatan salah satu di antaranya membangun monumen yang lokasinya menyatu dalam kompleks Momumen Perjuangan Bangsal (MPB) di Pertigaan Gaji, Dalung, Kabupaten Badung.

Monumen setinggi 6,5 meter itu dilengkapi dengan patung Genesa, lambang organisasi dan 21 buah prasasti berbagai kegiatan penting selama 50 tahun perjalanan Menwa di Bali.

Pembangunan monumental setengah abad perjalanan Menwa di Bali menjadi tempat untuk mengenang cita-cita, gerakan dan program Menwa dalam mempertahankan dan meneruskan nilai-nilai Tri Pusaka Bangsa.

Didik Budi Wibowo menambahkan, monumen yang diresmikan Rektor Unud Ketut Suastika sebagai tempat perenungan sejarah tentang adanya eksistensi sebuah elemen bangsa yakni Menwa Ugracena yang tetap konsisten mengawal tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Demikian pula sebagai tempat generasi baru Indonesia menemukan identitas dirinya sebagai bangsa, yang dulunya bangsa Indonesia dipertaruhkan oleh leluhur dengan tetesan darah.

Menwa salah satu elemen masyarakat yang secara sadar menegaskan dirinya sebagai pewaris nilai-nilai bangsa. Hal itu telah dibuktikan dalam berbagai program yang dilaksanakan selama 52 tahun.

Hal itu sejalan dengan ungkapan Ketua Umum Pengurus Pusat Korps Menwa Indonesia Budiono Kartohadiprodjo ketika melantik kepengurusan Korps Menwa Ugracena Provinsi Bali, bahwa pembentukan Menwa Ugracena untuk menjaga kelangsungan hidup, keutuhan dan kedaulatan NKRI ke depan terkait globalisasi yang mendorong ancaman non-militer.

Hal itu dilakukan oleh pihak tertentu untuk melemahkan kekuatan ekonomi, politik, pertahanan dan sistem pendidikan nasional. Globalisasi telah mematikan batas-batas wilayah negara yang kini menjadi mantra baru yang memunculkan paham baru.

Semua itu menunjukkan bahwa peran negara harus ditarik ke belakang dan mengedepankan korporasi multinasional untuk mengelola hubungan antarbangsa, kedaulatan negara, nasionalisme dan kebangsaan.

"Hal itu penting disadari karena kita sering tersihir oleh mantra globalisasi, seraya melupakan nasionalisme, seperti misal upaya memiskinkan negara-negara tertentu oleh negara maju," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016