Denpasar (Antara Bali) - Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi tulang punggung ekspor non migas Bali dengan memberikan andil sebesar 290,585 juta dolar AS selama semester I-2016 atau 61,95 persen dari total nilai ekspor daerah setempat.

"Sektor industri kecil mampu menghasilkan devisa 76,93 juta dolar AS atau memberikan adil 26,48 persen dan hasil kerajinan skala industri rumah tangga 103,136 juta dolar AS atau andilnya 35,49 persen," kata Kabid Perdagangan Luar Negeri Disperindag Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Minggu.

Dikatakan, produk hasil industri kecil Bali yang menembus pasaran luar negeri sebanyak enam jenis komoditas yang meliputi ikan dalam kaleng, komponen rumah jadi, plastik, sepatu, tas serta tekstil dan produk tekstil (TPT).

Di antara enam jenis komoditas tersebut yang paling besar menghasilkan devisa adalah TPT 51,173 juta dolar AS, menyusul plastik 10,101 juta dolar AS, ikan dalam kaleng 9,075 juta dolar AS, komponen rumah jadi 844.604,53 dolar AS, aneka jenis tas 1,269 juta dolar AS dan sepatu 771.814 dolar AS.

Made Suastika menambahkan, sedangkan hasil industri kerajinan yang menembus pasaran luar negeri terdiri atas 17 jenis komoditas hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin dan seniman Bali.

Hasil kerajinan kayu berupa patung dan aneka jenis cenderamata berbahan baku kayu menghasilkan devisa paling besar yakni mencapai 48,30 juta dolar AS, menyusul kerajinan perak 10,889 juta dolar AS, kerajinan furniture 10,125 juta dolar AS dan kerajinan logam 7,669 juta dolar AS.

Selain itu juga kerajinan alat musik, anyaman, kerajinan bambu, batu padas, keramik, kerajinan kerang, kerajinan kulit, lukisan, kerajinan rotan dan kerajinan tulang.

Made Suastika menjelaskan, pihaknya melakukan berbagai upaya melibatkan perajin dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam meningkatkan perolehan ekspor non migas daerah ini.

Upaya tersebut menekankan pada peningkatan produksi dengan harapan mampu menembus dan bersaing di pasaran ekspor, mengingat persaingan yang sangat ketat.

Untuk UMKM usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) misalnya melakukan program pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun.

Pendampingan tenaga ahli bidang rancang bangun itu dengan harapan mampu meningkatkan kualitas desain pakaian dalam memenuhi selera konsumen di mancanegara.

Selain itu melakukan pelatihan menyangkut pencelupan zat pewarna yang berasal dari bahan alami antara lain berbagai jenis kulit kayu dan dedaunan.

Perajin Bali, khususnya kain tenun kini sudah menggunakan zat perwarna yang alami sehingga tidak mengganggu kulit konsumen, ujar Made Suastika. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016