Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar kini memiliki doktor Linguistik, karena dosen setempat Ni Ketut Dewi Yulianti, SS., M.Hum (43), dinyatakan lulus ujian doktor pada Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar, Selasa.
Ia merupakan doktor ke-111 pada Program Studi Linguistik atau doktor ke-559 pada Program Pascasarjana Universitas Udayana setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul "Tipe-Tipe Majas dan Aspek Stilistika Dalam Teks Srimad Bhagavatam Kajian terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia".
Tim penguji yang dipimpin Prof Dr AA Raka Sudewi Sp.S(K) itu beranggotakan Prof. Dr. I Nengah Sudipta, MA, Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S (Promotor), Prof. Dr. Drs. Ketut Artawa. M.A (Kompromorot I), Prof. Dr.Drs. I.B Putra Yadnya, M.A (Kopromotor II), Prof. Drs I Made Suasta, Ph.D, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, Prof. Dr. I Dewa Komang Tantra, MSc., Ph.D dan Dr Ida Ayu Made Purspani, M.Hum.
Ni Ketut Dewi Yulianti mengatakan, majas merupakan bagian dari gaya bahasa memainkan peranan penting dalam penerjemahan, bahwa majas dimaksudkan untuk mengeksplorasi bahasa atau secara khusus menguraikan kreativitas penggunaan bahasa.
Majas dapat memperkaya pandangan tentang bahasa karena majas memberikan aspek keindahan dalam penggunaan bahasa. Penggunaan majas dalam teks religi Srimad Bhagavatam juga dimaksudkan untuk tujuan yang sama, yakni memperoleh efek-efek tertentu yang membuat teks semakin indah.
Ni Ketut Dewi Yulianti, dosen jurusan tari ISI Denpasar itu menjelaskan, tipe-tipe majas dalam menerjemahkan teks menjadi sebuah kajian yang sangat menarik, karena teks berbahasa Inggris yang menjadi sumber data penelitian menjelaskan tentang keberadaan dan karakteristik sang jiwa khususnya mengenai kehidupan manusia yang sesungguhnya.
Hal itu juga dimaksudkan untuk mengerti Tuhan dan hubungan kajian terhadap teks tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam upaya membantu keberhasilan pendidikan nasional di Indonesia.
Srimad Bhagavatam merupakan sumber tertinggi pengetahuan, sekaligus sastra tertinggi, yang menguraikan hubungan penyembah murni Tuhan dengan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian tidak diragukan lagi pilihan kata (diksi) dalam kitab Srimad Bhagavatam yang merupakan kata- kata yang sangat tinggi tingkat keindahan bahasanya.
Teks Srimad Bhagavatam juga mengandung berbagai simbol-simbol untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat spiritual. Simbol-simbol itu sangat tepat dikaji dengan menggunakan teori gaya bahasa.
Gaya bahasa yang diungkapakan ke dalam berbagai tipe majas dalam teks religi dengan realita bahwa kehidupan dunia material adalah pantulan terbalik dari kehidupan dunia rohani, karena segala sesuatu yang ada di dunia material sifatnya bertentangan dengan yang ada di dunia rohani.
Kondisi tersebut menyebabkan segala sesuatu yang ada di dunia material menjadi sinisme dari pandangan dunia rohani, yang berdampak pada penerapan lebih banyak majas sinisme pada teks Srimad Bhagavatam, ujar Ni Ketut Dewi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Ia merupakan doktor ke-111 pada Program Studi Linguistik atau doktor ke-559 pada Program Pascasarjana Universitas Udayana setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul "Tipe-Tipe Majas dan Aspek Stilistika Dalam Teks Srimad Bhagavatam Kajian terjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia".
Tim penguji yang dipimpin Prof Dr AA Raka Sudewi Sp.S(K) itu beranggotakan Prof. Dr. I Nengah Sudipta, MA, Prof. Dr. I Wayan Pastika, M.S (Promotor), Prof. Dr. Drs. Ketut Artawa. M.A (Kompromorot I), Prof. Dr.Drs. I.B Putra Yadnya, M.A (Kopromotor II), Prof. Drs I Made Suasta, Ph.D, Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, Prof. Dr. I Dewa Komang Tantra, MSc., Ph.D dan Dr Ida Ayu Made Purspani, M.Hum.
Ni Ketut Dewi Yulianti mengatakan, majas merupakan bagian dari gaya bahasa memainkan peranan penting dalam penerjemahan, bahwa majas dimaksudkan untuk mengeksplorasi bahasa atau secara khusus menguraikan kreativitas penggunaan bahasa.
Majas dapat memperkaya pandangan tentang bahasa karena majas memberikan aspek keindahan dalam penggunaan bahasa. Penggunaan majas dalam teks religi Srimad Bhagavatam juga dimaksudkan untuk tujuan yang sama, yakni memperoleh efek-efek tertentu yang membuat teks semakin indah.
Ni Ketut Dewi Yulianti, dosen jurusan tari ISI Denpasar itu menjelaskan, tipe-tipe majas dalam menerjemahkan teks menjadi sebuah kajian yang sangat menarik, karena teks berbahasa Inggris yang menjadi sumber data penelitian menjelaskan tentang keberadaan dan karakteristik sang jiwa khususnya mengenai kehidupan manusia yang sesungguhnya.
Hal itu juga dimaksudkan untuk mengerti Tuhan dan hubungan kajian terhadap teks tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam upaya membantu keberhasilan pendidikan nasional di Indonesia.
Srimad Bhagavatam merupakan sumber tertinggi pengetahuan, sekaligus sastra tertinggi, yang menguraikan hubungan penyembah murni Tuhan dengan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian tidak diragukan lagi pilihan kata (diksi) dalam kitab Srimad Bhagavatam yang merupakan kata- kata yang sangat tinggi tingkat keindahan bahasanya.
Teks Srimad Bhagavatam juga mengandung berbagai simbol-simbol untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat spiritual. Simbol-simbol itu sangat tepat dikaji dengan menggunakan teori gaya bahasa.
Gaya bahasa yang diungkapakan ke dalam berbagai tipe majas dalam teks religi dengan realita bahwa kehidupan dunia material adalah pantulan terbalik dari kehidupan dunia rohani, karena segala sesuatu yang ada di dunia material sifatnya bertentangan dengan yang ada di dunia rohani.
Kondisi tersebut menyebabkan segala sesuatu yang ada di dunia material menjadi sinisme dari pandangan dunia rohani, yang berdampak pada penerapan lebih banyak majas sinisme pada teks Srimad Bhagavatam, ujar Ni Ketut Dewi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016