Jakarta (Antara Bali) - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN  Anang Hermansyah mengapresiasi sikap Mendikbud Muhadjir Effendy yang menarik wacana "sekolah sehari penuh" atau "full day school".

Anang Hermansyah di Senayan Jakarta, Rabu, menyambut baik sikap Mendikbud yang menarik rencana program "full day school".

"Saya mengapresiasi sikap Mendikbud yang menarik wacana 'full day school' itu. Karena memang secara filosofis dan praksis, gagasan tersebut bermasalah," ucap Anang.

Wacana program "full day school" yang dilontarkan Mendikbud menimbulkan polemik di publik. Musisi asal  Jember ini mengatakan, ide tersebut bias kota. "Ide ini sangat bias kota," ujarnya.

Padahal, kata dia, pendidikan nasional dihadapkan ada kompleksitas masalah seperti kesenjangan yang luar biasa antardaerah.

Kesenjangan pendidikan mulai soal fasilitas, infrastruktur, penunjang hingga sumber daya tenaga pengajar menjadi salah satu sulitnya gagasan "full day school" terwujud.

"Apalagi sampai saat ini ada 10.985 desa yang belum memiliki SD," tambahnya.

Dia menyarankan lebih baik Mendikbud menindaklanjuti soal Kurikulum 2013 (K-13) yang di era Anies Baswedan belum tuntas. Visi misi Presiden melalui Nawacita di bidang pendidikan diakomodasi melalui K-13. "Lebih baik menyelesaikan pekerjaan rumah yang menumpuk di depan mata," kata Anang.

Dia juga meminta agar Mendikbud memiliki perhatian yang serius terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mulai soal infrastruktur dan SDM. PAUD menjadi pintu masuk negara untuk melakukan investasi sumber daya manusia yang unggul.

"PAUD harus menjadi perhatian serius, negara-negara maju mengalokasikan anggaran secara serius untuk mengurus PAUD," tutur Anang.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan akan membatalkan wacana perpanjangan jam sekolah dasar dan sekolah menengah jika masyarakat keberatan.

Perpanjangan jam sekolah yang ramai disebut sebagai "sekolah sehari penuh" itu bertujuan memperpendek waktu di luar sekolah. Dengan waktu panjang di sekolah, siswa mendapat tambahan jam untuk belajar pendidikan karakter budi pekerti dari para guru.

"Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana itu dan mencari pendekatan lain," kata Muhadjir yang berharap masyarakat mengkritik gagasan ini dan jangan setelah keputusan ini dibuat kemudian merasa tidak cocok.

Ide sekolah sehari penuh diperoleh dari Finlandia yang memiliki sumber daya manusia terbaik karena para siswa diberi pendidikan karakter. Di Indonesia, Kementerian Pendidikan baru memetakan sekolah yang sudah siap melaksanakan perpanjangan jam sekolah itu.

Perpanjangan jam sekolah itu dianggap dapat membantu guru mendapatkan tambahan jam mengajar 24 jam per minggu sebagai syarat mendapatkan sertifikasi guru.

"Guru yang mencari tambahan jam belajar di sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam itu dari ini," imbuhnya.

Muhadjir juga merasa para siswa akan lebih aman jika berada di sekolah sampai orang tua menjemputnya. "Saya ingin sekolah yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mal," tegasnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Sri Muryono

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016