Negara (Antara Bali) - Petani di Kabupaten Jembrana mengeluh, harga padi anjlok cukup jauh dibandingkan panen sebelumnya.

"Dulu saya mendapatkan harga Rp15 juta untuk 60 are padi di sawah saya. Sekarang dengan luas yang sama cuma laku Rp10 juta," kata Damirin, seorang petani di Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan, Senin.

Ia mengatakan, turunnya harga padi ini dialami oleh seluruh petani, yang diduga karena pasokan beras dari Pulau Jawa terlalu banyak masuk ke Bali.

Menurutnya, petani tidak bisa menolak harga dari pemborong padi, karena sudah menjadi harga rata-rata, serta pertimbang umur padi.

"Kalau dibiarkan lebih lama, padi yang sudah siap panen bisa rusak. Justru harganya akan lebih rendah lagi. Terpaksa kami terima saja, meskipun harganya tidak semahal panen sebelumnya," ujarnya.

Jika dihitung penghasilan dari penjualan padi miliknya, ia mengaku, dari sisi tenaga yang dikeluarkan mulai dari mengolah lahan, menanam hingga memeliharanya, dirinya masih rugi.

"Memang untuk pembelian bibit dan obat-obatan, modal sudah kembali meskipun harganya cuma segitu. Tapi kalau dihitung tenaga yang saya keluarkan, ya termasuk rugi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Peternakan Jembrana Ketut Wiratma saat dikonfirmasi berjanji, akan mengecek anjloknya harga padi petani tersebut.

Ia mengatakan, untuk menstabilkan harga panen padi, pihaknya sudah menggandeng Persatuan Penggilingan Padi Dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), yang mendapatkan bantuan dana.

"Saya akan cek Perpadi yang di Kecamatan Pekutatan. Memang banyak faktor yang menyebabkan harga padi anjlok, tapi ini kok terlalu jauh," katanya.

Menurutnya, selain pasokan beras yang melimpah karena panen raya, turunnya harga padi juga bisa disebabkan bulir-bulirnya kurang berisi akibat cuaca.

"Tapi kalau karena panen raya, biasanya terjadi antara bulan Mei hingga Juni. Ini sudah memasuki bulan Agustus, sehingga kemungkinan ada faktor lain yang menyebabkan anjloknya harga," ujarnya.(GBI)

Pewarta: Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016