Jakarta (Antara Bali) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan turunnya angka kemiskinan dari 11,13 persen menjadi 10,86 persen atau lebih dari 500.000 penduduk itu sudah merupakan angka yang luar biasa.

"Menurut saya ini luar biasa karena pada saat yang sama kita mengalami La Nina dan asap kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera. Ada banyak kekhawatiran nanti kita akan kekurangan pangan," kata Mensos di Jakarta, Senin.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin Indonesia sebanyak 28,01 juta atau 10,86 persen pada Maret 2016, berkurang dibanding September 2015 yang tercatat 28,51 juta orang atau 11,13 persen.

"Kita melihat ketika harga pangan mengalami kenaikan itu memang signifikan terhadap pengeluaran warga miskin, karena 75 persen pengeluaran warga miskin itu untuk pangan," tambah dia.

Tapi dengan upaya pemerintah memaksimalkan monitoring harga pangan dan dengan proses stabilisasi harga melalui operasi pasar,  akhirnya harga pangan bisa dijaga bahkan sempat cukup terjangkau. Kemudian inflasi juga turun terutama harga beras yang memiliki signifikansi terhadap penurunan kemiskinan.

Menurut Khofifah, harus dilihat juga bahwa standar kemiskinan BPS  meningkat dari Rp344 ribu pada September 2015 menjadi Rp354 ribu per kapita pada Maret 2016.

"Jadi artinya makin hari sangat mungkin yang disebut miskin itu yang pengeluarannya per bulan semakin tinggi dan kita juga semakin meningkatkan standar kemiskinan," ujar dia.

Data dari BPS tersebut akan menjadi referensi bagi banyak kementerian juga daerah. Terlebih lagi dengan data kemiskinan berbasis perkotaan dan perdesaan.

"Jadi intervensi terhadap daerah-daerah yang memang harus di 'upgrade' dari percepatan kesejahteraannya itu harus dibikin detil supaya misalnya kalau ada dana desa maka di daerah-daerah yang sudah terpetakan ini masih dalam kategori miskin itu harus diintervensi lebih komprehensif," tambah Khofifah. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Desi Purnamawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016