Denpasar (Antara Bali) - Dua pasien terduga rabies yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda.

"Kedua pasien yang berasal dari Kabupaten Klungkung yang pernah digigit anjing itu adalah Dewa Nyoman Kartika (43) dan Wayan Citra (58)," kata Sekretaris Tim Penanganan Rabies RSUP Sanglah dr IGB Ken Wirasandhi di Denpasar, Jumat.

Dia mengatakan, dari kedua pasien yang menjadi korban keganasan rabies itu, ada hal yang mengejutkan. Sebab salah satu pasien yang meninggal, yakni Wayan Citra, berasal dari Pulau Nusa Penida yang selama ini tidak pernah ada kasus virus rabies.

Menurut dia, selain penduduknya cukup sedikit, Nusa Penida letaknya terpisah oleh lautan dengan Pulau Bali.

Korban Wayan Citra tidak sampai 24 jam dirawat di ruang Nusa Indah RSUP Sanglah. Dia tiba di RS Sanglah pada Kamis (6/1) dan menemui ajal pada Jumat sekitar pukul 01.00. Saat dirujuk ke RSUP Sanglah, kondisi wanita paruh baya itu memang sudah kritis dan mengalami gejala klinis rabies.

Ken menjelaskan, kondisi klinis korban tersebut, berdasarkan laporan yang diterima, Citra digigit anjing sekitar sebulan yang lalu. "Korban digigit pada betis kirinya dan tidak pernah mendapatkan vaksin antirabies (VAR)," ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Bali dr Nyoman Sutedja mengatakan, pihaknya terkejut terkait munculnya korban jiwa akibat rabies yang berasal dari Pulau Nusa Penida.

"Dengan demikian warga tersebut adalah korban jiwa pertama akibat terkena yang terjadi di Nusa Penida," ujar dr Sutedja.

Menurut dia, ketakutan dirinya bahwa penyakit akibat gigitan hewan penyebar rabies itu sampai menyeberang pulau saat ini agaknya sudah terbukti.

Untuk itu dia akan mengambil tindakan lanjutan agar tak jatuh korban berikutnya. "Kami akan melakukan sosialisasi ke sekolah dan warga desa. Kemudian melaksanakan vaksinasi dan eliminasi anjing liar," tutur Sutedja.

Namun, untuk melaksanakan hal tersebut, ia mengakui banyak menghadfapi kendala karena medan yang sulit dan jauh sehingga cukup kesulitan untuk bergerak.

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011