Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB) di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar dialog sastra untuk mengulas buku kumpulan cerpen karya Putu Fajar Arcana, Senin, 11 Juli 2016.
Dialog sastra tersebut diisi pertunjukkan alih kreasi arahan Abu Bakar, pemutaran film dokumenter, serta lokakarya jurnalistik bersama Putu Fajar Arcana, kata staf BBB yang menata acara tersebut Juwitta Lasut di Denpasar, Sabtu.
Selain menjadi jurnalis di Jakarta, Putu Fajar Arcana juga produktif menciptakan puisi, cerpen, novel, bahkan naskah monolog teater.
Dialog sastra yang mengusung tema "Drupadi" (2015) sekaligus sebuah perayaan kreatif, ditandai dengan pertunjukan alih kreasi cerpen oleh Teater Bumi arahan Abu Bakar dan pembacaan karya yang berangkat dari buku Drupadi (2015).
Selain itu, juga ditampilkan tayangan film dokumenter. Budayawan Wayan Westa secara mendalam juga akan berbagi pandangan perihal kumpulan cerpen tersebut.
"Tidak hanya membincangkan capaian estetik, melainkan menelaah juga persoalan sosial kultural yang menjadi latar cerita-cerita pendek tersebut," ujar Juwitta Lasut.
Drupadi adalah buku kedelapan Putu Fajar Arcana, terbit tahun 2015. Buku tunggal pertama terbit tahun 1997 berupa kumpulan puisi "Bilik Cahaya", kumpulan cerpen "Bunga Jepun" (2002), dan "Samsara" (2005).
Putra kelahiran Kabupaten Jembrana, Bali barat itu mengumpulkan esai-esai kritisnya tentang Bali dalam Surat Merah untuk Bali (2007). Menerbitkan novel Gandamayu (2012), antologi puisi Manusia Gilimanuk (2012) yang memperoleh penghargaan Pataka Widya Karya dari Pemerintah Provinsi Bali.
Kisah-kisah tentang perilaku korupsi terangkum dalam buku naskah teater Monolog Politik (2014).
Budi Darma menyatakan kumpulan cerpen ini memiliki keunggulan yaitu jarak estetis yang melatari tokoh-tokohnya. Narator "aku" misalnya, tidak lain adalah pengarang sendiri, akan tetapi, berkat kemampuan menciptakan jarak estetis, terasalah bahwa narator "aku" bukan diri pengarangnya sendiri melainkan orang lain yang betul-betul pernah ada.
Menurut Agus Noor, buku Drupadi adalah sebuah tamasya cerita. Khasanah sastra lama maupun sejarah tak hanya dikisahkan, tetapi ditafsir dan dihadirkan dengan kebaruan, hingga yang lampau muncul kembali dengan pukau dan keragaman tema yang kaya suasana.
Drupadi berisi dua kisah terpisah, tetapi saling berhubungan. Bagian pertama berisi kisah-kisah tragedi kemanusiaan tahun 1965 berdasarkan riset bertahun, cerminan semangat rekonsiliasi yang diprakarsai negara.
Bagian kedua menyusup pada ajaran karma dan reinkarnasi. Karma menjadi catatan "Buku Besar Negeri Langit" yang dipercaya sebagai penyebab dari kehidupan manusia setelah mati dan dilahirkan kembali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Dialog sastra tersebut diisi pertunjukkan alih kreasi arahan Abu Bakar, pemutaran film dokumenter, serta lokakarya jurnalistik bersama Putu Fajar Arcana, kata staf BBB yang menata acara tersebut Juwitta Lasut di Denpasar, Sabtu.
Selain menjadi jurnalis di Jakarta, Putu Fajar Arcana juga produktif menciptakan puisi, cerpen, novel, bahkan naskah monolog teater.
Dialog sastra yang mengusung tema "Drupadi" (2015) sekaligus sebuah perayaan kreatif, ditandai dengan pertunjukan alih kreasi cerpen oleh Teater Bumi arahan Abu Bakar dan pembacaan karya yang berangkat dari buku Drupadi (2015).
Selain itu, juga ditampilkan tayangan film dokumenter. Budayawan Wayan Westa secara mendalam juga akan berbagi pandangan perihal kumpulan cerpen tersebut.
"Tidak hanya membincangkan capaian estetik, melainkan menelaah juga persoalan sosial kultural yang menjadi latar cerita-cerita pendek tersebut," ujar Juwitta Lasut.
Drupadi adalah buku kedelapan Putu Fajar Arcana, terbit tahun 2015. Buku tunggal pertama terbit tahun 1997 berupa kumpulan puisi "Bilik Cahaya", kumpulan cerpen "Bunga Jepun" (2002), dan "Samsara" (2005).
Putra kelahiran Kabupaten Jembrana, Bali barat itu mengumpulkan esai-esai kritisnya tentang Bali dalam Surat Merah untuk Bali (2007). Menerbitkan novel Gandamayu (2012), antologi puisi Manusia Gilimanuk (2012) yang memperoleh penghargaan Pataka Widya Karya dari Pemerintah Provinsi Bali.
Kisah-kisah tentang perilaku korupsi terangkum dalam buku naskah teater Monolog Politik (2014).
Budi Darma menyatakan kumpulan cerpen ini memiliki keunggulan yaitu jarak estetis yang melatari tokoh-tokohnya. Narator "aku" misalnya, tidak lain adalah pengarang sendiri, akan tetapi, berkat kemampuan menciptakan jarak estetis, terasalah bahwa narator "aku" bukan diri pengarangnya sendiri melainkan orang lain yang betul-betul pernah ada.
Menurut Agus Noor, buku Drupadi adalah sebuah tamasya cerita. Khasanah sastra lama maupun sejarah tak hanya dikisahkan, tetapi ditafsir dan dihadirkan dengan kebaruan, hingga yang lampau muncul kembali dengan pukau dan keragaman tema yang kaya suasana.
Drupadi berisi dua kisah terpisah, tetapi saling berhubungan. Bagian pertama berisi kisah-kisah tragedi kemanusiaan tahun 1965 berdasarkan riset bertahun, cerminan semangat rekonsiliasi yang diprakarsai negara.
Bagian kedua menyusup pada ajaran karma dan reinkarnasi. Karma menjadi catatan "Buku Besar Negeri Langit" yang dipercaya sebagai penyebab dari kehidupan manusia setelah mati dan dilahirkan kembali. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016