Kuta (Antara Bali) - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menolak penambahan landasan pacu (runway) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, bila dilakukan dengan cara mereklamasi kawasan perairan sekitar bandara tersebut .
"Saya tidak pernah setuju penambahan `runway` dengan melakukan reklamasi perairan atau laut," katanya usai meninjau persiapan arus mudik Lebaran di bandara setempat di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu.
Menurut dia, reklamasi membutuhkan biaya yang besar, biaya perawatan yang luar biasa, serta memerlukan waktu paling lama 20 tahun untuk menunggu daratan siap digunakan.
Solusinya, kata dia, Bandara Ngurah Rai tidak perlu melakukan penambahan landasan pacu karena masih memungkinkan menampung lalu lintas pesawat.
"Tidak usah penambahan `runway`, taxiway kiri kanan dipakai, di sana juga banyak `nganggur`, apron kiri kanan dipakai, selesai sudah," ucap mantan Dirut PT KAI itu.
Sementara itu terkait kebutuhan penambahan "runway" karena makin melonjaknya wisatawan yang berkunjung, Jonan mempertanyakan kemampuan Pulau Dewata menerima turis dua kali lipat.
"Kalau turisme Bali naik dua kali lipat, bisa mengakomodir tidak Bali? Ini bukan soal bandara, menurut saya, `interland`nya (Bali) bisa tidak menampung ini kalau naik dua kali," ucapnya.
Sebelumnya General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Trikora Harjo menjelaskan rencana penambahan landasan pacu baru di bandara itu saat ini masih dalam tahap kajian.
Idealnya penambahan landasan pacu itu memiliki panjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter seperti dengan `runway` yang ada saat ini.
Sebagian landasan pacu di bagian barat bandara yang berhadapan dengan laut itu dibangun dengan reklamasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Saya tidak pernah setuju penambahan `runway` dengan melakukan reklamasi perairan atau laut," katanya usai meninjau persiapan arus mudik Lebaran di bandara setempat di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Sabtu.
Menurut dia, reklamasi membutuhkan biaya yang besar, biaya perawatan yang luar biasa, serta memerlukan waktu paling lama 20 tahun untuk menunggu daratan siap digunakan.
Solusinya, kata dia, Bandara Ngurah Rai tidak perlu melakukan penambahan landasan pacu karena masih memungkinkan menampung lalu lintas pesawat.
"Tidak usah penambahan `runway`, taxiway kiri kanan dipakai, di sana juga banyak `nganggur`, apron kiri kanan dipakai, selesai sudah," ucap mantan Dirut PT KAI itu.
Sementara itu terkait kebutuhan penambahan "runway" karena makin melonjaknya wisatawan yang berkunjung, Jonan mempertanyakan kemampuan Pulau Dewata menerima turis dua kali lipat.
"Kalau turisme Bali naik dua kali lipat, bisa mengakomodir tidak Bali? Ini bukan soal bandara, menurut saya, `interland`nya (Bali) bisa tidak menampung ini kalau naik dua kali," ucapnya.
Sebelumnya General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Trikora Harjo menjelaskan rencana penambahan landasan pacu baru di bandara itu saat ini masih dalam tahap kajian.
Idealnya penambahan landasan pacu itu memiliki panjang 3.000 meter dengan lebar 45 meter seperti dengan `runway` yang ada saat ini.
Sebagian landasan pacu di bagian barat bandara yang berhadapan dengan laut itu dibangun dengan reklamasi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016